Selasa, 13 Desember 2016

makalah Konteks Dakwah



KONTEKS DAKWAH
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu : Ema Hidayanti, M.Si

Disusun Oleh :
Elya Sukmawati 1501046032
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
2015







BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
           Ilmu dakwah adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana berdakwah atau mensosialisasikan ajaran islam kepada objek dakwah ( masyarakat ) dengan berbagai pendekatan agar nilai-nilai ajaran islam dapat direalisasikan dalam realitas kehidupan, dengan tujuan agar mendapat ridho allah. Agar tercapai kebahagian hidup didunia dan akherat.Pada pemahaman seperti ini maka ilmu dakwah lebih dekat dan serumpun dengan ilmu sosial,hal ini dikarenakan teori-teori dakwah yang hendak dibangun merupakan produk generalisasi dari fenomena sosial.Sehingga dalam ilmu dakwah terdapat pula konteks dakwah.
Konteks dakwah dalam pengertian ini adalah interaksi da’i dengan mad’u dalam proses dakwah dilihat dari segi kuantitatif (jumlah) atau kualitatif,dalam arti bagai manakondisi dan seberapa banyak jumlah mad’u yang terlibat dalam proses dakwah tersebut. Dengankata lain disebut juga “level dakwah”,yaitu tingkatan-tingkatan dalam melaksanakan dakwah dilihat dari jumlah serta kondisi dan situasi mad’u nya. Hal ini dapat di kategorikan dalam beberapa level atau konteks.
2.    Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud Dakwah Nafsiah ?
2.    Apa yang dimaksud dengan Dakwah Fardiyah ?
3.    Apa yang dimaksud dengan Dakwah Fi’ah Qolillah ?
4.    Apa yang dimaksud dengan Dakwah Hizbiyah?
5.    Apa yang dimaksud dengan Dakwah Ummah?
6.    Apa yang dimaksud dengan dakwah Syu’Ubiyah Qabailiyah?


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Dakwah Nafsiyah(Dakwah intra Individu )
Dakwah Nafsiyah secara sederhana dapat diartikan dakwah kepada diri sendiri atau(  intra personal ), sebagai upaya untuk memperbaiki diri atau membangun kualitas dan kepribadian diri yang islami. Menjaga diri sendiri merupakan sesuatu yang  harus diprioritaskan sebagaimana petunjuk surat al-Tahrim ayat 6,  dan merupakan bentuk perwujudan yang tanggung jawab terhadap dirinya.
Dakwah Nafsiyah dapat dilakukan dengan cara menuntut ilmu, membaca, muhasabah alnafs ( instropeksi diri ), taqarub melalui dzikir al-lah mengingat allah, du’a ( berdoa ), hikayah al nafs atau ( memelihara pencerahan ), tazkiiyyah al-nafs ( membersihkan jiwa ), taubat, shalat, dan shaum ( berpuasa ), mengingat kematian dan kehidupan sesudahnya, mengingatkan ibadah, dan lain-lain. Kepekaan seorang da’i terhadap pemahaman ini dalam jiwa dan hatinya sebagai bentuk ibda binafsi ( berawal dari diri sendiri ) membuat selalu berssama manhaj rabbani (jalanm tuhan)baik secara fikrah maupun aplikasi. Dia terjauh dari pembuat maksiat,selalu berangkat ke medan kebaikan dan perombakan ke arah yang lebih baik dengan tekat semangat,dan ketegaran yang mantap,termasuk nafsiah di antaranya di adobsi dari Al Qur’an surah Al Tahrim(66): ayat 6.
       Dengan kata ;lain dalam dakwah nafsiah terjadi proses internalisasi ajaran islam yaitu proses tahu kenal dan mengamalkan ajaran islam pada tingkat intra individu muslim(nafsiah). Da’i dan mad’u pada proses inernasisasiajaran islam adalah diri sendiri sebagai individu muslim yang bdi dalam dirinya memilikiilham fujur dan ihlam taqwa. Dengan demikian,internalilasi ajaran islam adalah proses peningkatan potensi ilham taqwa dan mengurangfi potensi ilham fujur. Hal seperti inilah yang di sebut innani min al muslimin,mukhbithin dan min amrina rasyada.
       Penggunaan istilah internalisasi di instimbath dari isyarat ayat Al Quran,antara lain berdasarkan pada Q.S. al-Muzamil (73): 1-8,yang mengurai jelaskan apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW sebelum melaksanakan dakwah kepada orang lain,seperti dijelaskan dalam Q.S. al-tahrim(66):6-9,dan al Syams(91):7-9.
Hai orang-orang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu: penjaganya malaikat-malaikat kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengajarkan apa yang diperintahkan.
Hai orang-orang kafir janganlah kamu mengemukakan udzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan menurut apa yang kamu kerjakan. Hai orang-orang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabb mu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam Jannah yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Hai nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat merekaadalah jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.
Kemudian Q.S. Al-Syamsu (91) ayat 7-9
“Dan jiwa serta penyempurnanya (ciptaan-Nya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwa itu.”[1]


2.    Dakwah Fardiyah
Dakwah Fardiyah adalah proses ajakanatau seruan kepada jalan allah yang dilakukan oleh seorang da’i kepada perorangan (intra personal) yang dilakukan secara langsung tatap muka( face to face),atau langsung tetapi tidak tatap muka (bermedia) yang bertujuan memindahkan mad’u pada keadaan yang lebih baik dan diridlai Allah.Selain itu Shaqr mengemukaan definisi dakwah fardiyah ialah penyampaian ajaran islam yang ditujukan kepada seseorang secara berhadapan dan bisa terjadi dengan tidak dirancang terlebih dahulu(Al –da’watu al-fardiyatu hiya makana khotobu fiha maujuba ila syahsyin wahidin wa ghaliban ma taqa’u an ghairi tartibin masbuqin).Dengan definisi dakwah fardiyah berarti interaksi seorang da’i dengan seorang mad’u yang berlangsung secara tatap muka dan dialogis sehingga respon mad’u terhadap pesan dan diri da’i dapat diketahui seketika  baik secara positif maupun negatif.
Tahapan dakwah fardiyah diantaranya;pertama mafhum fakwah:usaha seorang da’i mengenal  ciri haraki(gerakan):menjalin hubungan dengan masyarakat umum,kemudian memilih salah seorang untuk membina hubungan lebih dekat,menampakkan kecintaan dan perhatian. Ketiga mfhum tanzimi meliputi:pengarahan(tanzib) berupa bimbingan seorang da’i  kepada mad’u dalam rangka berdakwah  kepada Allah untuk membantu memahami keadaan dirinya, memahami persoalan-persoalan dan hambatan-hambatan yang dihadapinya,menunjukkan dengan cara halus tentang kemampuan dan kelebihan yang ia miliki.Penegasan (tanzif); dalam hal ini da’i membantu penerima dakwah untuk menentukan tempatnyadalam alam islami serta menunjukkan kepadanya kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi posisi ini.Penggolongan pengelompokan sesuatu agar muda membedakannya antara yang satu dengan yang lainnya.
Langkah-langkah penting juga dalam dakwah fardiyah adalah:Membangkitkan iman yang mengendap dalam jiwanya,memberikan bimbingan tentang masalah yang dialaminya,dan penerima dakwah diarahkan untuk melakukan amalan yang sesuai serta tidak memberatkannya dilihat dari satu segi maupun segi yang lain dapat memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.[2]
3.      Dakwah Fi’ah Qalilah
Dakwah fi’ah adalahdakwah yang dilakukan seorang da’i terhadap kelompok kecil dalam suasana tatap muka,bisa berdialog serta respon mad’u terhadap da’i dan pesan dakwah yang disampaikan dapat diketahui seketika.Term fi’ah diadopsi dari Q.S al baqoroh(2) ayat 249.Termasuk dakwah fi’ah diantaranya dakwah dalam lingkungan keluarga (usrah), sekolah(madrasah),majlis ta’lim,pesantren(ma’had),dan pertemuan atau majlis lainnya.
Dengan demikian terdapat beberapa ciri bagi dakwah fi’ah diantaranya yaitu: mad’u berupa kelompok kecil,dapat berlangsung secara tatap muka dan dialogis,kelompok mad’u akan bermacam-macam tergantung pada moment bentuk penyelenggaraan kegiatan,media,metode,dan tujuan dakwah berdasarkan pertimbangan  bentuk penyelenggaraan kegiatan.[3]
4.    Dakwah Hizbiyah(jama’ah)
       Dakwah Hizbiyah adalah proses dakwah yang dilakukan oleh  da’iyangmengidentifisikan dirinya dengan atribut suatu lembaga atau organisasi dakwah tertentu,kemudian mendakwahi anggotanya atau orang lain diluar anggotanya.Term Hizbiyah diadopsi dari Q.S.al-Maidah(5) Ayat 56. Termasuk dakwah hizbiyah diantaranya dakwah yang berlangsung pada kalangan organisasi NU,Muhammadiyah,Persis,dan lain-lain.Dakwah hizbiyah dipahami juga sebagai upaya dakwah melalui organisasi atau lembaga keislaman,dalam pemahaman ini dakwah hizbiyah merupakan upaya yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam upaya mengarahkan mad’u pada perubahan kondisi yang  lebih baik sesuai dengan syariat islam[4].
5.    Dakwah Ummah
       Dakwah Ummah adalah proses dakwah yang dilaksanakan pada mad’u yang bersifat massa(masyarakat umum).Dakwah ini dapat berlangsung secara tatap muka dan biasanya monologis,seperti ceramah umum, atau tidak tatap muka seperti menggunakan media massa.[5]
Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan bagi kehidupan manusia. Dan bila umat islam dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi maka dakwah islam untuk masa depan dan sekarang akan memperoleh kemudahan.
Masyarakat sekarang dan yang akan datang tidak akan terlepas dari keduanya. Dari hasil teknologi tersebut ada bebrapa media yang ada, seperti media auditif (kaset dan radio), audio visual, dan lain-lainyang dapat dimanfaatkan sebagai media surat kabar para da’i.
Media dakwah bi al-qalam atau dengan tulisan, mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan dakwah bi al-lisan. Karena dengan tulisan, surat kabar, majalah atau media cetak lainnya, pesan-pesan dakwah yang disampaikan dapat dikaji ulang dan dipelajari serta disimpan untuk dibaca kembali setiap saat.
Surat kabar dengan segala fungsinya akan mampu memenuhi harapan dakwah secara optimal. Fakta yang kita sajikan melalui media cetak, dapat membentuk pendapat umum (public opinion) mengarahkan pembacanya kepada pemahaman Islam dan memacu umat untuk beraktivitas lebih dalam beragama, sehingga pesan dakwah secara efisien. Dalam hal ini tentunya tidak lepas dari kebijakan pendekatan untuk lebih meningkatkan dakwah melalui media surat kabar[6].
6.    Dakwah Syu’ubiyah Qabailiyyah(dakwah antar suku,budaya dan bangsa)
       Dakwah Syu’ubiyah Qabailiyyah adalah proses dakwah yang berlangsung dalam konteks antar bangsa,suku atau antar budaya(da’i dan mad’u yang berbeda suku dan budaya dalam kesatuan bangsa atau berbeda bangsa). Berdasarkan pada asumsi-samusi upaya-upaya membangu strategi dakwah yang lebih ramah dan damai. Merupakan ijtihad yang sangat siknifikan dengan tuntukan zaman. Meskipun dalam prekteknya, pelaksanaan dakwah yang lebih sntun dan damai merupakan senjata ampuh yang terdepan seperti dilakukan Rasulallah SAW. Suatu upaya renungan (contemplation) dan apresiasi terhadap perkembangan budaya pada satu sisi dan perkembangan ilmu dakwah pada sisi lain, sekecil apapun mesti dilakukan. Karena dalam telaahantar budaya tidak hanya dipahami sebagai as the transfer of islamic values (transfer nilai-nilai islam) yang luhur kepada masyarakat (low values) di bumi. Namun , hendaknya mengupayakan kesadaran nurani agar mengusung setiap budaya positif secara kritis tanpa terbelenggu oleh latar belakang budaya formal suatu masyarakat.
Dalam tradisi saling menghormati dan menghargai dalam masyarakat sunda atau jawa misalnya, ucapan salam, permisi, punten, merendahkan badan terkadang dipraktikkan silih berganti dan saling mengisi satu sama lain. Hal ini serupa terjadi pada masyarakat Belanda “mencium” tangan bagi orang yang dianggap mulia bahkan orang-orang Jepang dengan cara membungkukkan badan.karena sikap-sikap serupa tak dapat menghapus makna dibaliknya yakni pernghormatan atau perhargaan. Karena, usaha-usaha mengetahui karakter budaya suatu masyarakat merupakan kunci utama dalam memahami dan mengembangkan dakwah antar budaya. Dakwah ini dapat terjadi dalam konteks 2,3,4,dan 5.[7]Konteks konteks dakwah diatas dapat dipetakan dalam gambar berikut:
Konteks
Interaksi
Kategori Macam Inti
Bentuk Dakwah
Da’i
Mad’u
Dakwah Nafsiyah
Diri sendiri
Diri sendiri
Irsyad
Dakwah Fardiyah
seorang
Seorang, dua orang, dan tiga orang
Irsyad, Tadbir, Tamkin atau Tathwir
Dakwah Fi’ah Qolilah
seorang
Kelompok kecil
Irsyad, Tadbir, Tamkin atau Tathwir
Dakwah Hizbiyah
Seorang kelompok
Kelompok atau jamaah organisasi islam
Irsyad, Tablig, Tadbir dan Tamkin atau Tathwir
Dakwah Ummah
seorang
Khalayak, publik
Tablig
Dakwah syu’ubiyah qabaliyyah
Seorang kelompok
Sama dengan nomor 2,3,4,5,6
Jika da’i dan mad’unya berbeda budaya, Irsyad, Tadbir, Tamkin atau Tathwir

 Konteks dakwah akan sangat mempengaruhi terdapat pemilihan metode dan media yang digunakan kalau dihubungkan dengan bentuk kegiatan dakwah akan erat kaitannya dengan empat bentuk dakwah:,irsyad,tadbir dan taqwil. Dakwah tabligh meliputi konteks dakwah ummah dan syu’ubiyah qoballiyah, sedangkan irsyad meliputi konteks nafsiyah, fardiyah, dan fi’ah hizbiyah yang juga berkarakter syu’ubiyah qabailiyah. Tadbir meliputi konteks fardiyah, fi’ah, hizbiyah, syu’ubiyah qailiyah. Tadwir meliputi fardiyah fi’ah  qailiyah, hizbiyah dan syu’ubiyah qabailiyah.
Selanjutnya, sebagai pengembangan dakwah dalam bentuk teoritis bedasarkan pada bentuk dan kontesk dakwah sebagaimana dijelaskan diatas maka kajian ilmu dakwah bekerja dan berfungsi : untuk melakukan : (1) deskripsi atau penjelasan secara sistematis mengenai berbagai fenomena yang berkembang dengan proses dakwah ; (2) prediksi (perkiraaan) mengenai fenomena berkaitan dengan proses kegiatan dakwah; (3) kontrol (pengendalian) suatu fenomena berkaitan dengan proses kegitan dakwah dengan harapan agar fenomena itu dapat terjadi sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai; dan (4) development (pengembangan) suatu fenomena atau keadaan yang sesuai dengan tujuan kegitan dakwah.
Kemudian dakwah sebagai ilmu itu sendiri diharapkan mampu memberikan penjelasan berbagai fenomena yang berkaitan dengan kegiatan dakwah dan kegitan ilmu dakwah, sehingga pengembangan dan pelaksanaan dakwah dapat dilakukan secara efektif dan efisien serta mampu mengembangkan teori-teori dakwah sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi secara objektif-proposional[8].











PENUTUP
A.    Kesimpulan
Konteks dakwah terdiri dari beberapa diantara : Dakwah Nafsiyah secara sederhana dapat diartikan dakwah kepada diri sendiri atau(  intra personal ), sebagai upaya untuk memperbaiki diri atau membangun kualitas dan kepribadian diri yang islami.Dakwah Fardiyah adalah proses ajakanatau seruan kepada jalan allah yang dilakukan oleh seorang da’i kepada perorangan (intra personal) yang dilakukan secara langsung tatap muka( face to face),atau langsung tetapi tidak tatap muka (bermedia) yang bertujuan memindahkan mad’u pada keadaan yang lebih baik dan diridlai Allah.  Dakwah fi’ah adalahdakwah yang dilakukan seorang da’i terhadap kelompok kecil dalam suasana tatap muka,bisa berdialog serta respon mad’u terhadap da’i dan pesan dakwah yang disampaikan dapat diketahui seketika.Dakwah Hizbiyah adalah proses dakwah yang dilakukan oleh  da’iyangmengidentifisikan dirinya dengan atribut suatu lembaga atau organisasi dakwah tertentu,kemudian mendakwahi anggotanya atau orang lain diluar anggotanya.Dakwah Ummah adalah proses dakwah yang dilaksanakan pada mad’u yang bersifat massa(masyarakat umum).  Dakwah ini dapat berlangsung secara tatap muka dan biasanya monologis,seperti ceramah umum, atau tidak tatap muka seperti menggunakan media massa.Dakwah Syu’ubiyah Qabailiyyah adalah proses dakwah yang berlangsung dalam konteks antar bangsa,suku atau antar budaya(da’i dan mad’u yang berbeda suku dan budaya dalam kesatuan bangsa atau berbeda bangsa). Jadi, dalam konteks dakwah dapat menyampaikan dengan berbagai hal dan dapat meningkatkan aktivitas dakwah pada era globalisasi pada saat ini problematika yang sangat kompleks dalam kehidupan masyarakat.
B.     Saran dan Kritik
Demikianlah makalah yang dapat kami buat dan kami sampaikan. Mudah-mudahan  dapat bermaanfaat bagi kita semua. Apabila ada kesalahan dalam penulisan, ataupun ada hal yang kurang benar dalam pembahasan, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Dan kami menerima saran dan kritik dari pembaca demi kebaikan kami selanjutnya. Tiada kesempurnaan bagi kita, kecuali kesempurnaan itu hanya milik Allah swt  semata



DAFTAR PUSTAKA
Kusnawan. Aep, Ilmu Dakwah,2004, Bandung: Pustaka Bani Quraisy
EnjangAS, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah,2009, Jakarta:Widya Padjadjaran
Aliyudin, Dasar- Dasar Ilmu Dakwah, 2099, Jakarta : Widya Padjadjaran
Amin.Samsul Munir, Ilmu dakwah, 2009, Jakarta: Sinar Grafika Offset
Aripudin Acep, Dakwah Antarbudaya,2012, Bandung: PT Remaja Rosdakarya




[1] Aep Kusnawan,Ilmu Dakwah,Bandung,Pustaka Bani Quraisy,2004,hlm135
  Drs. Enjang AS, M.Ag. M.Si dan Aliyudin, S.Ag. M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah,Jakarta,Widya Padjadjaran,2009,hlm 64

[2] Drs. Enjang AS, M.Ag. M.Si dan Aliyudin, S.Ag. M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah,Jakarta,Widya Padjadjaran,2009,hlm 67-68
[3] Drs. Enjang AS, M.Ag. M.Si dan Aliyudin, S.Ag. M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah,Jakarta,Widya Padjadjaran,2009,hlm 68
[4] Drs. Enjang AS, M.Ag. M.Si dan Aliyudin, S.Ag. M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah,Jakarta:Widya Padjadjaran,2009,hlm 68-69
[5]Drs. Enjang AS, M.Ag. M.Si dan Aliyudin, S.Ag. M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Jakarta:Widya Padjadjaran,2009,hlm 69
[6] Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Ilmu dakwah Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009, hal. 255-256

[7] Dr. Acep Aripudin, Dakwah Antarbudaya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012, hal. 18
[8] Drs. Enjang AS, M.Ag. M.Si dan Aliyudin, S.Ag. M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Jakarta:Widya Padjadjaran,2009,hlm 70-71

Tidak ada komentar:

Posting Komentar