KONTEKS DAKWAH
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu : Ema
Hidayanti, M.Si
Disusun Oleh :
Elya Sukmawati 1501046032
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Ilmu dakwah adalah ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana berdakwah atau mensosialisasikan ajaran islam
kepada objek dakwah ( masyarakat ) dengan berbagai pendekatan agar nilai-nilai
ajaran islam dapat direalisasikan dalam realitas kehidupan, dengan tujuan agar
mendapat ridho allah. Agar tercapai kebahagian hidup didunia dan akherat.Pada
pemahaman seperti ini maka ilmu dakwah lebih dekat dan serumpun dengan ilmu
sosial,hal ini dikarenakan teori-teori dakwah yang hendak dibangun merupakan
produk generalisasi dari fenomena sosial.Sehingga dalam ilmu dakwah terdapat
pula konteks dakwah.
Konteks dakwah dalam
pengertian ini adalah interaksi da’i dengan mad’u dalam proses dakwah dilihat
dari segi kuantitatif (jumlah) atau kualitatif,dalam arti bagai manakondisi dan
seberapa banyak jumlah mad’u yang terlibat dalam proses dakwah tersebut.
Dengankata lain disebut juga “level
dakwah”,yaitu tingkatan-tingkatan dalam melaksanakan dakwah dilihat dari
jumlah serta kondisi dan situasi mad’u nya. Hal ini dapat di kategorikan dalam
beberapa level atau konteks.
2.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud Dakwah Nafsiah ?
2. Apa
yang dimaksud dengan Dakwah Fardiyah ?
3. Apa
yang dimaksud dengan Dakwah Fi’ah Qolillah ?
4. Apa
yang dimaksud dengan Dakwah Hizbiyah?
5. Apa
yang dimaksud dengan Dakwah Ummah?
6. Apa
yang dimaksud dengan dakwah Syu’Ubiyah Qabailiyah?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Dakwah
Nafsiyah(Dakwah intra Individu )
Dakwah
Nafsiyah secara sederhana dapat diartikan dakwah kepada diri sendiri atau( intra personal ), sebagai upaya untuk
memperbaiki diri atau membangun kualitas dan kepribadian diri yang islami.
Menjaga diri sendiri merupakan sesuatu yang
harus diprioritaskan sebagaimana petunjuk surat al-Tahrim ayat 6, dan merupakan bentuk perwujudan yang tanggung
jawab terhadap dirinya.
Dakwah Nafsiyah dapat
dilakukan dengan cara menuntut ilmu, membaca, muhasabah alnafs ( instropeksi
diri ), taqarub melalui dzikir al-lah mengingat allah, du’a ( berdoa ), hikayah
al nafs atau ( memelihara pencerahan ), tazkiiyyah al-nafs ( membersihkan jiwa
), taubat, shalat, dan shaum ( berpuasa ), mengingat kematian dan kehidupan
sesudahnya, mengingatkan ibadah, dan lain-lain. Kepekaan seorang da’i terhadap
pemahaman ini dalam jiwa dan hatinya sebagai bentuk ibda binafsi ( berawal dari
diri sendiri ) membuat selalu berssama
manhaj rabbani (jalanm tuhan)baik secara fikrah maupun aplikasi. Dia
terjauh dari pembuat maksiat,selalu berangkat ke medan kebaikan dan perombakan
ke arah yang lebih baik dengan tekat semangat,dan ketegaran yang
mantap,termasuk nafsiah di antaranya di adobsi dari Al Qur’an surah Al
Tahrim(66): ayat 6.
Dengan kata ;lain dalam dakwah nafsiah terjadi proses
internalisasi ajaran islam yaitu proses tahu kenal dan mengamalkan ajaran islam
pada tingkat intra individu muslim(nafsiah). Da’i dan mad’u pada proses
inernasisasiajaran islam adalah diri sendiri sebagai individu muslim yang bdi
dalam dirinya memilikiilham fujur dan ihlam taqwa. Dengan
demikian,internalilasi ajaran islam adalah proses peningkatan potensi ilham
taqwa dan mengurangfi potensi ilham fujur. Hal seperti inilah yang di sebut innani min al muslimin,mukhbithin dan min
amrina rasyada.
Penggunaan istilah internalisasi di instimbath dari isyarat ayat Al Quran,antara lain berdasarkan pada
Q.S. al-Muzamil (73): 1-8,yang mengurai jelaskan apa yang dilakukan Nabi
Muhammad SAW sebelum melaksanakan dakwah kepada orang lain,seperti dijelaskan
dalam Q.S. al-tahrim(66):6-9,dan al Syams(91):7-9.
Hai orang-orang beriman
jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu: penjaganya malaikat-malaikat kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengajarkan apa yang diperintahkan.
Hai orang-orang kafir
janganlah kamu mengemukakan udzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi
balasan menurut apa yang kamu kerjakan. Hai orang-orang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan taubatan nasuha (taubat yang semurni-murninya).
Mudah-mudahan Rabb mu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke
dalam Jannah yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah
tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya
mereka memancar dihadapan dan disebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan:
“Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami;
Sesungguhnya engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Hai nabi, perangilah
orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap
mereka. Tempat merekaadalah jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat
kembali.
Kemudian Q.S. Al-Syamsu
(91) ayat 7-9
“Dan jiwa serta
penyempurnanya (ciptaan-Nya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
mensucikan jiwa itu.”[1]
2.
Dakwah
Fardiyah
Dakwah Fardiyah adalah proses ajakanatau
seruan kepada jalan allah yang dilakukan oleh seorang da’i kepada perorangan
(intra personal) yang dilakukan secara langsung tatap muka( face to face),atau
langsung tetapi tidak tatap muka (bermedia) yang bertujuan memindahkan mad’u
pada keadaan yang lebih baik dan diridlai Allah.Selain itu Shaqr mengemukaan
definisi dakwah fardiyah ialah penyampaian ajaran islam yang ditujukan kepada
seseorang secara berhadapan dan bisa terjadi dengan tidak dirancang terlebih
dahulu(Al –da’watu al-fardiyatu hiya
makana khotobu fiha maujuba ila syahsyin wahidin wa ghaliban ma taqa’u an
ghairi tartibin masbuqin).Dengan definisi dakwah fardiyah berarti interaksi
seorang da’i dengan seorang mad’u yang berlangsung secara tatap muka dan
dialogis sehingga respon mad’u terhadap pesan dan diri da’i dapat diketahui
seketika baik secara positif maupun
negatif.
Tahapan dakwah fardiyah diantaranya;pertama mafhum fakwah:usaha seorang da’i
mengenal ciri haraki(gerakan):menjalin hubungan dengan masyarakat umum,kemudian
memilih salah seorang untuk membina hubungan lebih dekat,menampakkan kecintaan
dan perhatian. Ketiga mfhum tanzimi
meliputi:pengarahan(tanzib) berupa bimbingan seorang da’i kepada mad’u dalam rangka berdakwah kepada Allah untuk membantu memahami keadaan
dirinya, memahami persoalan-persoalan dan hambatan-hambatan yang
dihadapinya,menunjukkan dengan cara halus tentang kemampuan dan kelebihan yang
ia miliki.Penegasan (tanzif); dalam
hal ini da’i membantu penerima dakwah untuk menentukan tempatnyadalam alam
islami serta menunjukkan kepadanya kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi
posisi ini.Penggolongan pengelompokan sesuatu agar muda membedakannya antara
yang satu dengan yang lainnya.
Langkah-langkah
penting juga dalam dakwah fardiyah adalah:Membangkitkan iman yang mengendap
dalam jiwanya,memberikan bimbingan tentang masalah yang dialaminya,dan penerima
dakwah diarahkan untuk melakukan amalan yang sesuai serta tidak memberatkannya
dilihat dari satu segi maupun segi yang lain dapat memperoleh kebahagiaan dunia
dan akhirat.[2]
3.
Dakwah
Fi’ah Qalilah
Dakwah fi’ah
adalahdakwah yang dilakukan seorang da’i terhadap kelompok kecil dalam suasana
tatap muka,bisa berdialog serta respon mad’u terhadap da’i dan pesan dakwah
yang disampaikan dapat diketahui seketika.Term fi’ah diadopsi dari Q.S al
baqoroh(2) ayat 249.Termasuk dakwah fi’ah diantaranya dakwah dalam lingkungan
keluarga (usrah), sekolah(madrasah),majlis ta’lim,pesantren(ma’had),dan
pertemuan atau majlis lainnya.
Dengan demikian terdapat beberapa ciri
bagi dakwah fi’ah diantaranya yaitu: mad’u berupa kelompok kecil,dapat
berlangsung secara tatap muka dan dialogis,kelompok mad’u akan bermacam-macam
tergantung pada moment bentuk penyelenggaraan kegiatan,media,metode,dan tujuan
dakwah berdasarkan pertimbangan bentuk
penyelenggaraan kegiatan.[3]
4.
Dakwah
Hizbiyah(jama’ah)
Dakwah Hizbiyah adalah proses dakwah yang
dilakukan oleh da’iyangmengidentifisikan
dirinya dengan atribut suatu lembaga atau organisasi dakwah tertentu,kemudian
mendakwahi anggotanya atau orang lain diluar anggotanya.Term Hizbiyah diadopsi
dari Q.S.al-Maidah(5) Ayat 56. Termasuk dakwah hizbiyah diantaranya dakwah yang
berlangsung pada kalangan organisasi NU,Muhammadiyah,Persis,dan lain-lain.Dakwah
hizbiyah dipahami juga sebagai upaya dakwah melalui organisasi atau lembaga
keislaman,dalam pemahaman ini dakwah hizbiyah merupakan upaya yang dilakukan
oleh sekelompok orang dalam upaya mengarahkan mad’u pada perubahan kondisi
yang lebih baik sesuai dengan syariat
islam[4].
5.
Dakwah
Ummah
Dakwah Ummah adalah proses dakwah yang
dilaksanakan pada mad’u yang bersifat massa(masyarakat umum).Dakwah ini dapat
berlangsung secara tatap muka dan biasanya monologis,seperti ceramah umum, atau
tidak tatap muka seperti menggunakan media massa.[5]
Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi telah membawa perubahan bagi kehidupan manusia. Dan bila umat
islam dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi maka dakwah islam untuk
masa depan dan sekarang akan memperoleh kemudahan.
Masyarakat sekarang dan yang akan datang
tidak akan terlepas dari keduanya. Dari hasil teknologi tersebut ada bebrapa
media yang ada, seperti media auditif (kaset dan radio), audio visual, dan
lain-lainyang dapat dimanfaatkan sebagai media surat kabar para da’i.
Media dakwah bi al-qalam atau dengan
tulisan, mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan dakwah bi
al-lisan. Karena dengan tulisan, surat kabar, majalah atau media cetak lainnya,
pesan-pesan dakwah yang disampaikan dapat dikaji ulang dan dipelajari serta
disimpan untuk dibaca kembali setiap saat.
Surat kabar dengan segala fungsinya akan
mampu memenuhi harapan dakwah secara optimal. Fakta yang kita sajikan melalui
media cetak, dapat membentuk pendapat umum (public opinion) mengarahkan
pembacanya kepada pemahaman Islam dan memacu umat untuk beraktivitas lebih
dalam beragama, sehingga pesan dakwah secara efisien. Dalam hal ini tentunya
tidak lepas dari kebijakan pendekatan untuk lebih meningkatkan dakwah melalui
media surat kabar[6].
6.
Dakwah
Syu’ubiyah Qabailiyyah(dakwah antar suku,budaya dan bangsa)
Dakwah Syu’ubiyah Qabailiyyah adalah
proses dakwah yang berlangsung dalam konteks antar bangsa,suku atau antar
budaya(da’i dan mad’u yang berbeda suku dan budaya dalam kesatuan bangsa atau
berbeda bangsa). Berdasarkan pada asumsi-samusi upaya-upaya membangu strategi
dakwah yang lebih ramah dan damai. Merupakan ijtihad yang sangat siknifikan
dengan tuntukan zaman. Meskipun dalam prekteknya, pelaksanaan dakwah yang lebih
sntun dan damai merupakan senjata ampuh yang terdepan seperti dilakukan
Rasulallah SAW. Suatu upaya renungan (contemplation) dan apresiasi terhadap
perkembangan budaya pada satu sisi dan perkembangan ilmu dakwah pada sisi lain,
sekecil apapun mesti dilakukan. Karena dalam telaahantar budaya tidak hanya
dipahami sebagai as the transfer of islamic values (transfer nilai-nilai islam)
yang luhur kepada masyarakat (low values) di bumi. Namun , hendaknya
mengupayakan kesadaran nurani agar mengusung setiap budaya positif secara kritis
tanpa terbelenggu oleh latar belakang budaya formal suatu masyarakat.
Dalam tradisi saling menghormati dan
menghargai dalam masyarakat sunda atau jawa misalnya, ucapan salam, permisi,
punten, merendahkan badan terkadang dipraktikkan silih berganti dan saling
mengisi satu sama lain. Hal ini serupa terjadi pada masyarakat Belanda “mencium”
tangan bagi orang yang dianggap mulia bahkan orang-orang Jepang dengan cara
membungkukkan badan.karena sikap-sikap serupa tak dapat menghapus makna
dibaliknya yakni pernghormatan atau perhargaan. Karena, usaha-usaha mengetahui
karakter budaya suatu masyarakat merupakan kunci utama dalam memahami dan
mengembangkan dakwah antar budaya. Dakwah ini dapat terjadi dalam konteks
2,3,4,dan 5.[7]Konteks
konteks dakwah diatas dapat dipetakan dalam gambar berikut:
Konteks
|
Interaksi
|
Kategori Macam Inti
Bentuk Dakwah
|
|
Da’i
|
Mad’u
|
||
Dakwah Nafsiyah
|
Diri sendiri
|
Diri sendiri
|
Irsyad
|
Dakwah Fardiyah
|
seorang
|
Seorang, dua orang, dan tiga orang
|
Irsyad, Tadbir, Tamkin atau Tathwir
|
Dakwah Fi’ah Qolilah
|
seorang
|
Kelompok kecil
|
Irsyad, Tadbir, Tamkin atau Tathwir
|
Dakwah Hizbiyah
|
Seorang kelompok
|
Kelompok atau jamaah organisasi islam
|
Irsyad, Tablig, Tadbir dan Tamkin atau
Tathwir
|
Dakwah Ummah
|
seorang
|
Khalayak, publik
|
Tablig
|
Dakwah syu’ubiyah qabaliyyah
|
Seorang kelompok
|
Sama dengan nomor 2,3,4,5,6
|
Jika da’i dan mad’unya berbeda budaya,
Irsyad, Tadbir, Tamkin atau Tathwir
|
Konteks dakwah akan sangat mempengaruhi
terdapat pemilihan metode dan media yang digunakan kalau dihubungkan dengan
bentuk kegiatan dakwah akan erat kaitannya dengan empat bentuk
dakwah:,irsyad,tadbir dan taqwil. Dakwah tabligh meliputi konteks dakwah ummah
dan syu’ubiyah qoballiyah, sedangkan irsyad meliputi konteks nafsiyah,
fardiyah, dan fi’ah hizbiyah yang juga berkarakter syu’ubiyah qabailiyah.
Tadbir meliputi konteks fardiyah, fi’ah, hizbiyah, syu’ubiyah qailiyah. Tadwir
meliputi fardiyah fi’ah qailiyah,
hizbiyah dan syu’ubiyah qabailiyah.
Selanjutnya,
sebagai pengembangan dakwah dalam bentuk teoritis bedasarkan pada bentuk dan
kontesk dakwah sebagaimana dijelaskan diatas maka kajian ilmu dakwah bekerja
dan berfungsi : untuk melakukan : (1) deskripsi atau penjelasan secara
sistematis mengenai berbagai fenomena yang berkembang dengan proses dakwah ;
(2) prediksi (perkiraaan) mengenai fenomena berkaitan dengan proses kegiatan
dakwah; (3) kontrol (pengendalian) suatu fenomena berkaitan dengan proses kegitan
dakwah dengan harapan agar fenomena itu dapat terjadi sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai; dan (4) development (pengembangan) suatu fenomena atau keadaan
yang sesuai dengan tujuan kegitan dakwah.
Kemudian
dakwah sebagai ilmu itu sendiri diharapkan mampu memberikan penjelasan berbagai
fenomena yang berkaitan dengan kegiatan dakwah dan kegitan ilmu dakwah,
sehingga pengembangan dan pelaksanaan dakwah dapat dilakukan secara efektif dan
efisien serta mampu mengembangkan teori-teori dakwah sesuai dengan perkembangan
situasi dan kondisi secara objektif-proposional[8].
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konteks dakwah terdiri dari beberapa
diantara : Dakwah Nafsiyah secara sederhana dapat diartikan dakwah kepada diri
sendiri atau( intra personal ), sebagai
upaya untuk memperbaiki diri atau membangun kualitas dan kepribadian diri yang
islami.Dakwah Fardiyah adalah proses ajakanatau seruan kepada jalan allah yang
dilakukan oleh seorang da’i kepada perorangan (intra personal) yang dilakukan
secara langsung tatap muka( face to face),atau langsung tetapi tidak tatap muka
(bermedia) yang bertujuan memindahkan mad’u pada keadaan yang lebih baik dan
diridlai Allah. Dakwah fi’ah adalahdakwah yang dilakukan seorang da’i terhadap
kelompok kecil dalam suasana tatap muka,bisa berdialog serta respon mad’u
terhadap da’i dan pesan dakwah yang disampaikan dapat diketahui seketika.Dakwah
Hizbiyah adalah proses dakwah yang dilakukan oleh da’iyangmengidentifisikan dirinya dengan
atribut suatu lembaga atau organisasi dakwah tertentu,kemudian mendakwahi
anggotanya atau orang lain diluar anggotanya.Dakwah Ummah adalah proses dakwah
yang dilaksanakan pada mad’u yang bersifat massa(masyarakat umum). Dakwah ini dapat berlangsung secara tatap
muka dan biasanya monologis,seperti ceramah umum, atau tidak tatap muka seperti
menggunakan media massa.Dakwah Syu’ubiyah Qabailiyyah adalah proses dakwah yang
berlangsung dalam konteks antar bangsa,suku atau antar budaya(da’i dan mad’u
yang berbeda suku dan budaya dalam kesatuan bangsa atau berbeda bangsa). Jadi,
dalam konteks dakwah dapat menyampaikan dengan berbagai hal dan dapat
meningkatkan aktivitas dakwah pada era globalisasi pada saat ini problematika
yang sangat kompleks dalam kehidupan masyarakat.
B. Saran dan Kritik
Demikianlah
makalah yang dapat kami buat dan kami sampaikan. Mudah-mudahan dapat bermaanfaat bagi kita semua. Apabila
ada kesalahan dalam penulisan, ataupun ada hal yang kurang benar dalam
pembahasan, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Dan kami menerima saran dan kritik
dari pembaca demi kebaikan kami selanjutnya. Tiada kesempurnaan bagi kita,
kecuali kesempurnaan itu hanya milik Allah swt
semata
DAFTAR
PUSTAKA
Kusnawan. Aep, Ilmu
Dakwah,2004, Bandung: Pustaka Bani Quraisy
EnjangAS, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah,2009,
Jakarta:Widya Padjadjaran
Aliyudin, Dasar- Dasar Ilmu Dakwah, 2099, Jakarta
: Widya Padjadjaran
Amin.Samsul Munir,
Ilmu dakwah, 2009, Jakarta: Sinar Grafika Offset
Aripudin Acep, Dakwah
Antarbudaya,2012, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
[1] Aep
Kusnawan,Ilmu Dakwah,Bandung,Pustaka Bani Quraisy,2004,hlm135
Drs. Enjang AS, M.Ag. M.Si dan Aliyudin, S.Ag. M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu
Dakwah,Jakarta,Widya Padjadjaran,2009,hlm 64
[2] Drs. Enjang AS,
M.Ag. M.Si dan Aliyudin, S.Ag. M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah,Jakarta,Widya
Padjadjaran,2009,hlm 67-68
[3] Drs. Enjang AS, M.Ag.
M.Si dan Aliyudin, S.Ag. M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah,Jakarta,Widya
Padjadjaran,2009,hlm 68
[4] Drs. Enjang AS,
M.Ag. M.Si dan Aliyudin, S.Ag. M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah,Jakarta:Widya
Padjadjaran,2009,hlm 68-69
[5]Drs. Enjang AS,
M.Ag. M.Si dan Aliyudin, S.Ag. M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Jakarta:Widya
Padjadjaran,2009,hlm 69
[6] Drs. Samsul
Munir Amin, M.A., Ilmu dakwah Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009, hal. 255-256
[7] Dr. Acep
Aripudin, Dakwah Antarbudaya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012, hal. 18
[8] Drs. Enjang AS,
M.Ag. M.Si dan Aliyudin, S.Ag. M.Ag, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Jakarta:Widya
Padjadjaran,2009,hlm 70-71
Tidak ada komentar:
Posting Komentar