Kamis, 15 Desember 2016

makalah falsafah kesatuan ilmu

INTEGRASI SAINS AMIN ABDULLAH
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :falsafah kesatuan ilmu
Dosen Pengampu : Dr. Ilyas Supena

Disusun Oleh :
Elya Sukmawati       1501046032
Ainurrika Nadhifa    150046033
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015



 PENDAHULUAN

                               I.            Latar Belakang
 Integrasi ilmu dan agama telah muncul cukup lama. Meski tak selalu menggunakan kata “integrasi” secara eksplisit, dikalangan muslim modern gagasan perlunya pemaduan ilmu dan agama, atau akal dan wahyu,telah cukup beredar. Integrasi ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum bukan merupakan fenomena baru dalam khazanah epistemologi keilmuan islam .Pada asalnya, islam memang tidak mendikhotomi antara ilmu agama dan ilmu umum.upaya mengintegrasikan ilmu dan agama selama ini tampaknya dirasakan sebagai suatu hal yang sulit dilakukan. Masanya sekarang disiplin ilmu–ilmu agama (Islam) menyendiri dan steril dari kontak dan intervensi ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu kealaman dan begitu pula sebaliknya. Perlu ada integrasi–interkoneksi antara elemen-elemen pengetahuan tersebut. M. Amin Abdullah seorang cendekia muslim menjadi tokoh yang berjasa dalam pengembangan gagasan integrasi–interkoneksi ini, sehingga berimplikasi dalam banyak hal,perubahan konsep IAIN menjadi UIN .


                            II.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana profil biografi Amin Abdullah ?
2.      Bagaimana Pengertian Studi Islam Integrasi Interkonektif?
3.      Bagaimana Reintegrasi Epistemologi Keilmuan Teoantroposentrik-intergralitik?
4.      Bagaimana integrasi interkonektif menurut amin abdullah?

PEMBAHASAN
1.      Biografi Amin Abdullah
            PROF. DR. M. AMIN ABDULLAH, lahir di Margomulyo, Tayu, Pati, Jawa Tengah, 28 Juli 1953. Menamatkan Kulliyat Al-Mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI), Pesantren Gontor Ponorogo 1972 dan Program Sarjana Muda (Bakalaureat) pada Institut Pendidikan Darussalam (IPD) 1977 di Pesantren yang sama. Menyelesaikan Program Sarjana pada Fakultas Ushuluddin, Jurusan Perbandingan Agama, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 1982. Atas sponsor Departemen Agama dan Pemerintah Republik Turki, mulai tahun 1985 mengambil Program Ph.D. bidang Filsafat Islam, di Department of Philosophy, Faculty of Art and Sciences, Middle East Technical University (METU), Ankara, Turki (1990). Mengikuti Program Post-Doctoral di McGill University, Kanada (1997-1998).
Disertasinya, The Idea of University of Ethical Norms in Ghazali and Kant, diterbitkan di Turki (Ankara: Turkiye Diyanet Vakfi, 1992). Karya-karya ilmiah lainnya yang diterbitkan, antara lain: Falsafah Kalam di Era Postmodernisme(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995); Studi Agama: Normativitas atau Historisitas(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996). Dinamika Islam Kultural : Pemetaan atas Wacana Keislaman Kontemporer, (Bandung, Mizan, 2000); Antara al-Ghazali danKant : Filsafat Etika Islam, (Bandung: Mizan, 2002) serta Pendidikan Agama Era Multikultural Multireligius, (Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2005). Sedangkan karya terjemahan yang diterbitkan adalah Agama dan Akal Pikiran: Naluri Rasa Takut dan Keadaan Jiwa Manusiawi (Jakarta: Rajawali, 1985); Pengantar Filsafat Islam: Abad Pertengahan (Jakarta: Rajawali, 1989).
Dia menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI), Turki, 1986-1987. sambil memanfaatkan masa liburan musim panas, pernah bekerja part-time, pada Konsulat Jenderal Republik Indonesia, Sekretariat Badan Urusan Haji, di Jeddah (1985 dan 1990), Mekkah (1988), dan Madinah (1989), Arab Saudi. Kini, sebagai dosen tetap Fakultas Ushuluddin, staf pengajar pada Program Doktor Pascasarjana IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga, IAIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Islam Indonesia, Program Magister pada UIN Sunan Kalijaga, Ilmu Filsafat, Fakultas Filsafat dan Program Studi Sastra (Kajian Timur Tengah), Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada,  Yogyakarta. Tahun 1993-1996, menjabat Asisten Direktur Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga; 1992-1995 menjabat Wakil Kepala Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tahun 1998-2001 sebagai Pembantu Rektor I (Bidang Akademik) di almamaternya, IAIN Sunan Kalijaga. Pada Januari 1999 mendapat kehormatan menjadi Guru Besar dalam Ilmu Filsafat. Dari tahun 2002-2005 sebagai Rektor IAIN/UIN Sunan Kalijaga. Tahun 2005-2010 sebagai Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Periode kedua.
Dalam organisasi kemasyarakatan, dia menjadi Ketua Divisi Ummat, ICMI, Orwil Daerah Istimewa Yogyakarta, 1991-1995. Setelah Muktamar Muhammadiyah ke-83 di Banda Aceh 1995, diberi amanat sebagai Ketua Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, Pimpinan Pusat Muhammadiyah (1995-2000). Kemudian terpilih sebagai salah satu Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Wakil Ketua (2000-2005).
Tulisan-tulisannya dapat dijumpai di berbagai jurnal keilmuan, antara lain Ulumul Qur’an (Jakarta), Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies (Yogyakarta) dan beberapa jurnal keilmuan keislaman yang lain. Di samping itu, dia aktif mengikuti seminar di dalam dan luar negeri. Seminar internasional yang diikuti, antara lain: “Kependudukan dalam Dunia Islam”, Badan Kependudukan Universitas Al-Azhar, Kairo, Juli 1992; tentang “Dakwah Islamiyah”, Pemerintah Republik Turki, Oktober 1993; Lokakarya Program Majelis Agama ASEAN (MABIM), Pemerintah Malaysia, di Langkawi, Januari 1994; “Islam and 21st Century”, Universitas Leiden, Belanda, Juni 1996; “Qur’anic Exegesis in the Eve of 21st Century”, Universitas Leiden, Juni 1998, ”Islam and Civil Society : Messages from Southeast Asia“, Tokyo Jepang, 1999; “al-Ta’rikh al- Islamy wa azamah al-huwaiyah”, Tripoli, Libia, 2000; “International anti-corruption conference”, Seol, Korea Selatan, 2003; Persiapan Seminar “New Horizon in Islamic Thought”, London, Agustus, 2003; “Gender issues in Islam”, Kualalumpur, Malaysia, 2003; “Dakwah and Dissemination of Islamic Religious Authority in Contemporarry Indonesia, Leiden, Belanda, 2003.[1]

2.      Pengertian Studi Islam Integrasi Interkonektif
Study Islam Integrasi Interkonektif merupakan sebuah studi ilmu yang membahas bukan hanya kebahsaaan namun juga orientasi metodologiyang dimana mengkaji keilmuan dengan memanfaatkan bidang keilmuan dengan keterkaitan antar berbagai disiplin ilmu yang dibahas dalam kajian tersebut. Gagasan ilmu umum dengan ilmu agama itu merupakanhasil dari perpaduan yang sangat hebat dari umat islam yang menghadapi tantangan modernitas paling menonjol dalam agenda kemajuan dan pembaharuan islam.
Ilmu Agama dalam arti luas merupakan wahyu Tuhan,yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan, diri-sendiri, dan lingkungan hidup baik fisik,sosial maupun budaya secara global.[2]
Agama sendiri mengklaim sebagai sumber kebenaran, etika, hukum, kebijaksanaan, dan sedikit pengetahuan. Agama tidak pernah menjadikan wahyu Tuhan sebgai satu-satunya sumber pengetahuan, berarti dalam pandangan ini sumber pengetahuan sendiri berasal dari Tuhan dan manusia, perpaduan antara kedua hal tersebut disebut teoantroposentris.[3]
Agama menyediakan  tolok ukur kebenaran ilmu (dharuriyyah: benar,salah), bagaimana ilmu itu diproduksi (hajiyah: baik,buruk), tujuan-tujuan ilmu (tahsiniyah: manfaat, merugikan). Dimensi aksiologi  dalam teologi ilmu ini penting, karena sebelum manusia keluar mengembangkan ilmu. Selain ontologi keilmuan, epistimologi keilmuan, agama sangat menekankan dimensi aksiologi keilmuan.[4]
Ilmu yang berlatar belakang agama adalah ilmu yang objektif, bukan agama yang normatif. Maka objektifikasi ilmu adalah ilmu dari orang beriman untuk seluruh manusia, tidak hanya orang beriman saja. Seperti ilmu Optik dan Aljabar. Ilmu-ilmu sekuler mengklaim sebagai value free (bebas dari nilai kepentingan) ternyata penuh muatan penting. Kepentingan-kepentingan itu didominasi dengan kepentingan ekonomi dan militer.[5]

3.      Reintegrasi Epistemologi Keilmuan Teoantroposentrik-intergralitik
Dengan mempertimbangkan nilai penting dalam Al Quran yang sangat fundamental dalam islam, seni interprestasi teks pun mulai menjadi salah satu minat intektual dan ranah dan perdebatan yang paling sentral dalam tradisi islam.[6]
Agama memang megklaim sebagai sumber kebenaran, etika, hukum, kebijaksanaan, dan sedikit pengetahuan. Paradigma keilmuan baru yang menyatukan, bukan sekedar menggabungkan wahyu dan temuan pikiran manusia( ilmu-ilmu holistik-integralistik ), itu tidak akan berakibat mengecilkan peran Tuhan( sekuralisme ) atau mengucilkan manusia sehingga teraleniasi dari dirinyasendiri, dari masyarakat sekitar dan lingkungan hidup sekitarnya.diharapkan konsep integralisme dan reintregrasi epistimologi keilmuan sekaligus akan dapat menyelesaikan konflik antar sekularisme ekstrime dan fundamentalisme negatif agama-agama yang rigid dan radikal dalam banyak hal.
Gambar dibawah ini mengilustrasikan hubungan laba-laba yang bercorak Teoantroposentris-intergralistik. Tergambar disitu bahwa jarak pandang atau horizon keilmuan integralistik begitu luas (tidak myopic) sekaligus terampil dalam peri kehidupan sektor tradisional maupun modern karena dikuasainya salah satu ilmu dasar dan keterampilan yang dapat menompang kehidupan di era informasi-globalisasi. Disamping itu, tergambar sosok manusia beragama (islam) yang terampil dalam menangani dan menganalisis isu-isu yang menyentuh problem kemanusiaan dan keagamaan di era modern dan pasca modern dengan dikuasainya berbagai pendekatan baruyang diberikan oleh ilmu alam (natural science), ilmu-ilmu sosial (sosial science) dan humaniora(humanities) kontemporer. Diatas segalanya, dalam setiap langkah yang ditempuh,selalu dibarengi landasan etika-moral keagamaan objektif dan kokoh, karena keberadaan Al Quran dan As Sunah yang dimaknai secara baru (hermenuitis) selalu menjadi landasan pijak pandangan hidup (weltanschauung) keagamaan manusian yang menyatu dalam satu tarikan nafas keilmuan dan keagamaan. Semua itu diabdikan untuk kesejahteraan manusia secara bersama-sama tanpa pandang latar belakang etnisitas, agama ,ras, maupun golongan.
Horizon
Jaring laba-laba Keimuan
Teoantroposentrik-integralistik
Dalam Universitas Islam Negeri

                                               
Kondisi yang ada sekarang ini menunjukan bahwa radius daya jangkau aktivitas keilmuan dan lebih-lebih pendidikan agama di Perguruan Tinggi Agama , khususnya IAIN dan STAIN diseluruh tanah air , hanya terfokus pada lingkar 1 dan jalur lingkar lapis 2 ( kalam, falsafah, Tasawuf, Hadis, Fiqih, Tafsir, Lughah). Itupun boleh disebut hanya terbatas pada ruang gerak pendekatan keilmuan humaniora klasik. IAIN pada umumnya sekarang ini belum mampu memasuki diskusi ilmu-ilmu sosial dan humanities kontemporer seperti tergambar pada jalur lingkar 2 (  Antropologi, Sosiologi, Psikologi, Filsafat dan berbagai teori pendekatan yang ditawarkanya). Akhirnya, terjadi jurang wawasan keislaman yang tidak terjembatani antara ilmu-ilmu keislamanan klasik dan ilmu-ilmu keislaman yang baru yang telah memanfaatkan analisis ilmu-ilmu sosial dan humaniora kontemporer, bahkan juga ilmu-ilmu alam.
Isu-isu sosial, politik, ekonomi, keagamaan, militer, gender, lingkungan, ilmu-ilmu sosial dan humanities kontemporerpasca modern
, seperti tergambar pada jalur lingkar lapis 3hampir-hampir tidak tersentuh oleh ilmu-ilmu sosial dan kajian keislaman di tanah air khususnya di IAIN dan STAIN.[7]


4.      Integrasi interkoneksi menurut amin abdullah
Model-model integrasi-interkoneksi Amin Abdullah, yaitu:
1.      Informatif Suatu disiplin ilmu memberikan informasi kepada disiplin ilmu yang lain. Misalnya: Ilmu Islam (Al-qur’an) memberikan informasi kepada ilmu saintek bahwa matahari memancarkan cahaya sedangkan bulan memantulkan cahaya (Q.S. Yunus: 5)
2.      Konfirmatif (klarifikatif), Suatu disiplin ilmu memberikan penegasan kepada disiplin ilmu lain. Contoh: Informasi tentang tempat-tempat (manaazil) matahari dan bumi dalam Q.S. Yunus: 5, dipertegas oleh ilmu saintek (orbit bulan mengelilingi matahari berbentuk elips).
3.      Korektif , Suatu disiplin ilmu mengoreksi disiplin ilmu yang lain. Contoh: Teori Darwin yang mengatakan bahwa manusia-kera-tupai mempunyai satu induk, dikoreksi oleh Al-qur’an.[8]











Skema Interconnected Entities

Skema diatas adalah proyek keilmuan yang diemban oleh visi dan misi perubahan IAIN ke UIN. Tampak dalam skema diatas bahwa masing-masing rumpun ilmu sadar akan keterbatasan-keterbatasan yang melekat dalam diri sendiri dan oleh karenanya bersedia untuk berdialog, bekerja sama,, dan memanfaatkan metode dan pendekatan yang digunakan oleh rumpun ilmu lain untuk melengkapi kekurangan-kekurangan yang melekat jika masing-masing berdiri-sendiri, terpisah antara satu dan lainya. Diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dari berbagai pihak, dari waktu ke waktu dengan kesediaan mengorbankan kepentingan egoisme sektoral keilmuan, untuk menyongsong realisasi proyek keilmuan baru pada era UIN.[9]














                                            PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Paradigma baru yang dibangun oleh Amin Abdullah dengan integratif-interkonektif ini memang sangat relevan dengan kebutuhan zaman saat ini. Koneksitas ini diharapkan mampu menjawab kebuntuan dalam keilmuan islam dan lebih jauh lagi dapat menjawab kompleksitas problem kemanusiaan di era globalisasi. Namun paradigma ini tidak mudah untuk diaplikasikan, hal ini bisa dilihat ketika paradigma ini coba diterapkan dalam pengembangan perguruan tinggi agama yang mengejawantah dengan perubahanIAIN menjadi UIN ternyata banyak menimbulkan kerancuan terutama bagi program-program studi yang muncul kemudian, dan hal ini menurut harus segera dicarikan solusi, sehingga tujuan ideal dari integrasi dan interkoneksi ini dapat terwujud.

B.   SARAN
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, tentunya makalah ini jauh dari kata sempurna. Kami sadar ini adalah proses dalam menempuh dari pembelajaran. Untuk itu, kami berharap kritik dan saran yang bisa membangun demi kesempurnaan makalah kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.







Daftar Pustaka
Abdullah, Amin, Islamic Studies di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010
Abdullah, Amin ,Studi Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002
Bagir, Zinal Abidin dkk, Integrasi Ilmu dan Agama, Yogyakarta :PT Mizan Pustaka,2005
Guessoum, Nidhal, Islam dan Sains Modern :Bandung, 2011[1] http://islamandsains.wordpress.com pada tanggal 18 desember 2015






[1] M. Amin Abdullah , studi agama ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar ), 2002 hlm 346-347
[2] Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi hlm. 101-102
[3] ibid
[4] Op.cit hlm. 103
[5] Op.cit hlm 104
[6] Nidhal guessoum, islam dan sains modern, (bandung : 2011 ) PT Mizan Pustaka
[7] Ibid hal 101-109
[8] http://islamandsains.wordpress.com pada tanggal 18 desember 2015
[9] Zainal dkk, Integrasi Ilmu dan Agama, (yogyakarta : 2005 ) Pt Mizan Pustaka hal 265-266

Tidak ada komentar:

Posting Komentar