Kamis, 15 Desember 2016

makalah bahasa indonesia

RAGAM DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
MAKALAH
Disusun Guna MemenuhiTugas
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Nasiha Khumda,Mpd






Disusun Oleh :
1.     Elya Sukmawati                      (1501046032)
2

             FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
         UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015



                                  
                                     BAB I
                             PENDAHULUAN
   I. Latar Belakang
        Bahasa adalah salah satu alat komunikasi.Melalui bahasa masyarakat dapat saling berhubungan atau berkomunikasi,saling menyapa,bertukar atau berbagi pengalaman,bertukar pendapat dan belajar dari yang lain.dan meningkatkan kemampuan intelektual seseorang.Bahasa indonesia adalah bahasa yang mudah dimengerti karena sangat mudah untuk dipelajari.
 Bahasa Indonesia  digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam konteks resmi atau pun non resmi.
Bahasa indonesia memiliki banyak ragam,hal ini bahasa indonesia sangat luaspemakaianya.
Didalam bahasa indonesia terdapat kosakata yang beragam.
Dalam keseragaman tersebut terdapat jenis ragam bahasa bedasarkan tempat,penutur,sarana dan pengunaan.
Dengan adanya ragam bahasa, adapula fungsi bahasa yang menjelaskan apa saja fungsi bahasa itu.Pada dasarnya fungsi bahasa sebagai komunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya.
Tetapi ada pula fungsi yang lainya yaitu  bedasarkan kedudukan bahasa nasional dan bahasa negara.

          
            II. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian ragam bahasa?
2.      Apa saja jenis-jenis ragam bahasa ?
3.      Apa pengertian ragam baku dan tidak baku ?
4.      Apa pengertian ragam sosial dan ragam fungsional?
5.      Apa fungsi bahasa ?










BAB II
    PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ragam Bahasa
      Ragam Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan atau berkomunikasi,saling berbagi pengalaman,saling belajar dari yang lain,dan dapat meningkatkan intelektual.
Bahasa indonesia memiliki banyak ragam. Hal ini karena bahasa indonesia sangat luas pemakaianya dan bermacam-macam ragam penuturnya.Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan keperluanya, apapun latar belakangnya.
Ragam bahasa tertentu harus digunakan dalam konteks pemakaian yang tertentu sifatnya.
Bilamana setiap orang dapat menggunakan bentuk-bentuk kebahasan itu sesuai dengan jenis ragamnya,maka ragam bahasa lebih mudah untuk dipahami dan dicermati.Bahasa indonesia memiliki ragam bahasa yang tidak sedikit jumlahnya. Bahkan, saya boleh mengatakan ragam atau laras bahasa itu banyak sekali jumlahnya. Karena berbagai pertimbangan kepentingan dan perhitungan konteksnya, hadirlah ragam-ragam bahasa yang wujudnya dapat bermacam-macam itu.
        Perkembangan pemakaian bahasa Indonesia dalam pemakaian kontemporerseperti yang terjadi sekarang ini sepertinya justru semakin memperjelas bahwa bahsa Indonesia ternyata bermanifestasi pula dalamrupa-rupa bentuk kebahasan. Kita ambil saja dunia periklanan sebagai contoh, yang dengan inovasi dan kreativitasnya seakan-akan selalu berhasil melahirkan bentuk-bentuk kebahasan baru. Ragam bahasa tertentu harus digunakan dalam konteks pemakain tertentu sifatnya. Bilamana setiap orang dapat menggunakan bentuk-bentuk kebahasan itu sesuai dengan jenis ragamnya, niscaya penggunaan bahasa indonesia yang akhir-akhir ini banyak dikeluhkan tidak akan terjadi. Maka, sangatlah penting bagi kita untuk memahami dan mencermati ragam-ragam bahsa yang banyak jumlahnya itu.
Ragam bahasa Pengertian ragam bahasa menurut para ahli diantaranya :
1.      Menurut Bachman (1990)
“ Ragam bahasa diartikan sebagai variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.”
2.      Menurut Fishman ed (1968)
“ Mengatakan bahwa suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa indonesia.
3.      Menurut Ramlan (1990)
“ Mengatakan bahwa yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicara.
Yang termasuk dalam ragam lisan standart diantaranya pidato ,ceramah , sambutan, perkuliahan, dan lain-lain.
         Sementara itu ragam lisan non standart sering digunakan kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari ,terutama mengobrol dengan teman atau berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh aturan-aturan  atau cara penyampain seperti halnya  pidato ataupun ceramah.
         Jadi kesimpulanya ragam bahasa yaitu rangkaian bahasa yang bervariasi yang memiliki topik yang diperbincangkan    serta menurutmedium pembicara dalam konteks berbagai ragam bahasa.Seiring dengan perkembangan zaman yang sekarang ini banyak masyarakat yang mengalami perubahan. Bahasa pun juga mengalami perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar.
B.     Jenis-jenis Ragam Bahasa
1.      Ragam Bahasa Bedasarkan Tempat
Ragam bahasa bedasarkan daerah disebut ragan daerah (logat/dialek). Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan pebedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa indonesia yang digunakan di jawa tengah, bali, jayapura, dan tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa indonesia orang jawa tengah tampak pada pelafalan /b/ pada posisi awal saat melafalkan nama-nama kota seperti bogor( mbogor), bandung( mbandung), banyuwangi( mbayuwangi), demak( mdemak) dan lain-lain. Logat bahsa indonesia orang bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik dan lain-lain.
2.      Ragam bahasa bedasarkan penutur
Ragam bahasa bedasarkan penutur dapat dilihat dari sisi pendidikan. Bahasa indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan (cendekiawan) berbeda  dengan yang tidak berpendidikan (bukan cendikiawan), terutama dalam pemilihan kata (diksi) misalnya penggunaan kata ‘mampus’ digunakan oleh penutur yang bukan cendekiawan, sementara kata yang maknya sama misalnya kata ‘meninggal’ digunakan oleh penutur golongan cendekiawan. Disamping itu perbedaan tersebut dapat dilihat dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah ,kompleks, vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang bukan dari golongan cendekiawan mungkin akan mengucapkan pitnah, kompleks,pitamin,pideo,pilm,pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya ‘mbawa’ seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
Contoh :
1)      -Pak lurah baru saja mampus. (penutur bukan cendekiawan)
-Pak lurah baru saja meninggal. (penutur cendekiawan)
2). -pideo itu banyak menceritakan tentang pitnah (penutur bukan               cendekiawan
-video itu banyak menceritakan tentang fitnah dunia (penutur    cendekiawan.
c. Ragam bahasa bedasarkan sarana
        Ragam bahasa bedasarkan sarana atau media dapat dibedakan dalam ragam bahasa lisan dan tulis.
1.      Ragam bahasa lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar.
Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahsa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahas lisan ini, pembicara dapat dimanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkap ide.
Ciri-ciri ragam lisan :
a.       Memerlukan orang kedua atau teman bicara
b.      Tergantung situasi, kondisi,ruang dan waktu
c.       Hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh
d.      Berlansung cepat
e.       Sering dapat berlansung tanpa alat bantu
f.       Kesalahan dapat langsung dikoreksi
g.      Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi
      Yang termasuk dalam ragam lisan standart diantaranya pidato,ceramah,sambutan,perkuliahan,Dan masih banyak lagi.
Sementara itu ragam non lisan standart sering digunakan kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari. Terutama ngobrol dengan teman atau berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh aturan-aturan atau cara penyampaian seperti halnya pidato ataupun ceramah.

2.      Ragam bahasa tulis
      Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan menmanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, akan selalu berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasadan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kemudian dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata,kebenaran penggunaan ejaan dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
      Ragam tulis dapat berupa ragam tulis yang standart maupun non standart. Ragam tulis yang standart dapat ditemukan dalam buku-buku pelajaran,teks,majalah,surat kabar,karya ilmiah,surat dan sebagainya.
Sementara itu ragam tulis non standart terdapat dalam majalah remaja,iklan atau poster. Dalam ragam bahasa tulis perlu memprhatikan ejaan bahasa indonesia yang baik dan benar. Terutama dalam pembuatan karya-karya ilmiah.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
a.       Tidak memerlukan kehadiran orang lain
b.      Tidak terkait ruang dan waktu
c.       Kosakata yang digunakan dipilih secara cermat
d.      Pembentukan kata dilakukan secara sempurna
e.       Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu
f.       Berlansung cepat
g.      Memerlukan alat bantu
Contoh:
Ragam bahasa lisan                                          Ragam bahasa tulis
1.      Ayah lagi baca koran                  1. Ayah sedang membaca koran
2.      Saya gak tinggal di Bogor           2. Saya tidak bertempat tinggal
                                                                    Di Bogor.
D. Ragam bahasa bedasarkan penggunaan
       Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam memberikan pokok persoalan yang berbeda-beda digunakan dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran,hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan dalam lingkungan ekonomi atau perdagangan, olah raga, seni atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok ersoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
        Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah kata atau peristilahan atau ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama. Koroner, hipertensi,anemia,digunakan dalam bidang kedokteran,. Improvisasi, maestro, kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni. Pengacara, duplik, terdakwa, digunakan dalam lingkungan hukum. Pemanasan, peregangan, wasit digunakan dalam olah raga. Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan.
Kalimat dalam undang-undang berbeda dengan kalimat –kalimat satra, kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat- kalimat dalam koran atau majalah dan lain-lain.
Contoh kalimat yang digunakan dalam undang-undang
Sanksi pelangaran pasal 44:
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta
1.      Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk pidana, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7( tujuh) tahun dan atau denda paling banyak  Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
2.      Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,mengedarkan, atau menjual pada umum suatu ciptaan barang hasil pelanggaranhasil hak cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
e. Ragam bahasa bedasarkan suasana penggunaan
       Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab dan santai. Suasana pengunaan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasanya. Jika terhadap jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalanya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan (moeliono,2003:3-9).



3.      Pengertian Ragam Baku dan Tidak Baku

1.      Ragam  Baku
     Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagaian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaanya.
Ragam baku ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a.       Kemantapan Dinamis
       Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau kata rasa di bubuhi awalan pe-,akanterbentuk kata perasa. Kata raba di bubuhi pe- akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi perajin bukan pengrajin. Kalau kita berpegang mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima. Bentuk-bentuk lepas tangan, lepas pantai, dan lepas landas merupakan contoh kemantapan kaidah baku.
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki adanya bentuk mati. Kalau langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan. Dalam hal ini,tokohnya tersebut langganan dan orang yang berlangganan ini disebut pelanggan.
b.      Cendekia
     Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku di pakai di tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan formal.
      Disamping itu,ragam baku dapat dengan tepat membersihkan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca.
Contoh kalimat yang tidak cendekia:
    Rumah sang jutawan yang aneh akan dijual
Frasa rumah sang jutawan yang aneh mengandung konsep ganda, yaitu rumahnya aneh atau sang jutawaan yang aneh.
Dengan demikian, kalimat  itu tidak memberikan informasi yang jelas. Agar menjadi cendekia kalimat tersebut harus diperbaiki sebagai berikut.
 (1). Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual
 (2). Rumah milik sang jutawan aneh akan dijual
                                                       
c.       Seragam
     Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik keseragaman. Pelayanan kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramugara dan pramugari. Andaikan ada orang yang mengusulkan ada bahwa pelayal kapal terbang disebut stewaed atau stewardes dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku. Akan tetapi, kata steward dan stewardessampai dengan saat ini tidak disepakati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat ialah pramugara dan pramugari.

2.      Ragam Tidak Baku
Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.



4.      Pengertian Ragam Sosial dan Fungsional
a.       Ragam sosial
        Baik ragam lisan maupun ragam tulis bahasa indonesia ditandai pula oleh adanya ragam sosial, yaitu ragam bahasa yang sebagai norma dan kaidanya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.
Selain itu, ragam sosial tidak jarang dihubungkan denga tinggi atau rendahnya status kemasyarakatan lingkungan sosial yang bersangkutan.
Dalam hal ini , ragam baku nasional dapat pula berfungsi sebagai ragam sosial yang tinggi, sedangkan ragam baku daerah atau ragam bahasa sosial yang lain merupakan ragam sosial dengan nilai kemasyarakatan yang rendah.
b.      Ragam fungsional
        Yang kadang-kadang disebut ragam profesional adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja.
Dalam kenyaataan, ragam fungsional menjelma sebagi bahasa negara dan bahasa teknis atau teknologi, kedokteran dan keagamaan.
Contoh :
1.      Ragam keilmuan atau teknologi
Komputer adalah mesin pengolah informasi. Berjuta –juta fakta dan bagan yang berbeda dapat disimpan dalam komputer yang dapat dicari kembali apabila diperlukan. Komputer dapat juga mengerjakan perhitungan yang rumit dengan kecepatan yang luah biasa. Hanya dalam waktu beberapa detik komputer dapat melaksanakan pekerjaan kalau dikerjakan oleh tenaga manusia akan memakan waktu berminggu-minggu.
       Dijantung komputer terkecil( yang disebut mikrokomputer) terdapat sebuah komponen elektronik yang dinamakan mikroprosesor. Komponen ini terbuat dari keping silikon yang berukuran tidak lebih besar dari pada kuku jari kuku kelingking. Sebenarnya, mikroprosesor itu sendiri adalah komputer dan dapat dibangun menjadi berbagai jenis mesin.
2.      Ragam Kedokteran
       Kita mengenal dua macam diabetes, yaitu diabetes  inspidus dan diabetes militus. Diabetes inspidus disebabkan oleh kekurangan hormon antidiuretik (antidiuretic hormone= ADH) diproduksi oleh kelenjar pituitaria yang berada didasar otak sehingga kita mengeluarkan urine terus atau kecing saja. Pada diabetes militus yang kurang adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berada dibawah hati. Dengan kurangnya zat insulin ini, metabolisme gula terganggu sehingga sebagian tidak biasa diubah menjadi bahan yang tidak biasa dibakar untuk menghasilkan tenaga, atau perubahan tersebut tidak sempurna.
3.      Ragam keagamaan
       Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yang itu orang –orang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka meminta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari nanti yang besar, yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.

4.      Fungsi Bahasa
Bahasa indonesia telah ditetapkan sebagai bahasa negara dalam UUD 1945 bab XV pasal 36. Bahasa indonesia memiliki dua kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara (Herniti,Ening dkk,2005:47-49)
Fungsi bahasa bedasarkan kedudukan sebagai berikut:
1.      Bahasa nasional
Sebagai bahasa nasional, bahasa indonesia berfungsi sebagai:
1.      Lambang kebanggaan bangsa
2.      Identitas bangsa
3.      Alat persatuan bangsa
4.      Alat penghubung antar budaya dan antar daerah
2.      Bahasa negara
Sebagai bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi:
1.      Bahasa resmi negara
2.      Bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan
3.      Bahasa resmi perhubungan tingkat nasional
4.      Bahasa resmi pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan serta teknologi modern (halim, 1976:145)
  Menurut Halliday (1973) fungsi bahasa ada tujuh diantaranya :
1.      Fungsi Instrumental
Fungsi instrumental adalah bahwa bahasa itu dapat digunakan untuk melayani lingkunganya. Bahasa juga dapat digunakan untuk menyebabkan terjadinya peristiwa tertentu. Jadi, dengan bahasa dapat dihasilkan tindakan-tindakan komunikatif tertentu yang juga akan menghasilkan kondisi-kondisi komunikasi tertentu pula.
2.      Fungsi  Regulasi
Fungsi Regulasi adalah bahwa entitas bahasa itu dapat digunakan untuk mengawasi serta mengendalikan peristiwa-peristiwa tertentu dalam masyarakat.
Jadi, titik fokus fungsi regulasi adalah bahwa bahasa digunakan untuk mengatur serta mengendalikan orang-orang sebagai warga masyarakat. Bentuk seperti ‘ke kiri jalan terus’, yang dapat ditemukan di pembagian persimpangan jalan, adalah manifestasi fungsi regulasi bahasa yang disampaikan Halliday ini.
3.      Fungsi Representasional
Fungsi respresentasional adalah fungsi bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan peristiwa, melaporkan sesuatu, dan seterusnya.
Jadi, fungsi representasional bahasa ini bersifat menggambarkan atau mempresentasikan sesuatu.
4.      Fungsi interaksional
Fungsi interaksional adalah  bahwa bahasa itu dapat digunakan untuk menjamin terjadinya,interaksi memantapkan komunikasi, dan mengukuh komunikasi dan interaksi antar warga masyarakat itu sendiri.

5.      Fungsi  Personal
Fungsi personal adalah bahwa bahasa itu dapat digunakan untuk mengekspresikan maksud-maksud pribadi atau personal, menyatakan emosi, untuk mengungkapkan perasaan dan maksud-maksud personal lainya.
6.      Fungsi Heuristik
Fungsi heuristik bahasa berkaitan erat dengan kegunaan bahasa untuk mempelajari pengetahuan, mencari ilmu, mengembangkan teknologi, dan menyampaikan rumusan-rumusan yang bersifat pertanyaan.
Tulisan-tulisan di dalam karangan ilmiah lazimnya memanfaatkan fungsi heuristik bahasa ini. Lemahnya penelitian di indonesia, dalam hemat saaya, banyak terjadi karena fungsi heuristikini tidak benar-benar dinyatakan dengan baik sejak anak usia dini.
Maka sesungguhnya, sejak sangat awal seorang anak sudah terbiasa bertanya. Bertanya adalah dasar dari hadirnya penelitian di kemudian hari. Jadi, bertanya itu sesungguhnyya upaya untuk mewujudkan fungsi heuristik.
7.       Fungsi imajinatif
Fungsi imajinatif adalah fungsi bahasa yang berkenaan dengan penciptaan imajinasi. Fungsi bahasa ini dapat dilihat dari aering difungsikanya bahasa untuk mendongeng, membuat cerita, menciptakan khayalan, mimpi, dan seterusnya.
Seseorang akan dapat menggunakan bahasa untuk bertamasya ke alam awang-awang. Bersastra dengan segala keindahanya, dan pada akhirnya akan sampai pada keindahan entitas bahasa yang digunakan untuk terbang ke awang-awang itu sendiri.







                                                                BAB III
KESIMPULAN
Bahasa indonesia memiliki banyak ragam bahasa, dengan adanya ragam bahasa kita bisa
















                                                   DAFTAR PUSTAKA



Halim. Amran, Politik Bahasa Nasional, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1976.
Herniti, Enind dkk., Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005.
Moeliono, M. Anton dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Edisi ketiga), Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Ramlan, M, I Dewa putu Wijana dkk., Bahasa Indonesia yang Salah dan yang Benar, Yogyakarta: Andi Ofset,1990.
Arifin. Zaenal, Cermat Berbahasa Indonesia, Jakarta : Akademika Pressindo, 2003.
Tasai. S, Amran, Cermat Berbahasa Indonesia, Jakarta : Akademika Pressindo, 2003.
Rahardi. R, kunjana, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi,  Jakarta : Erlangga, 2009.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar