Kamis, 15 Desember 2016

makalah falsafah kesatuan ilmu

INTEGRASI SAINS AMIN ABDULLAH
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :falsafah kesatuan ilmu
Dosen Pengampu : Dr. Ilyas Supena

Disusun Oleh :
Elya Sukmawati       1501046032
Ainurrika Nadhifa    150046033
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015



 PENDAHULUAN

                               I.            Latar Belakang
 Integrasi ilmu dan agama telah muncul cukup lama. Meski tak selalu menggunakan kata “integrasi” secara eksplisit, dikalangan muslim modern gagasan perlunya pemaduan ilmu dan agama, atau akal dan wahyu,telah cukup beredar. Integrasi ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum bukan merupakan fenomena baru dalam khazanah epistemologi keilmuan islam .Pada asalnya, islam memang tidak mendikhotomi antara ilmu agama dan ilmu umum.upaya mengintegrasikan ilmu dan agama selama ini tampaknya dirasakan sebagai suatu hal yang sulit dilakukan. Masanya sekarang disiplin ilmu–ilmu agama (Islam) menyendiri dan steril dari kontak dan intervensi ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu kealaman dan begitu pula sebaliknya. Perlu ada integrasi–interkoneksi antara elemen-elemen pengetahuan tersebut. M. Amin Abdullah seorang cendekia muslim menjadi tokoh yang berjasa dalam pengembangan gagasan integrasi–interkoneksi ini, sehingga berimplikasi dalam banyak hal,perubahan konsep IAIN menjadi UIN .


                            II.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana profil biografi Amin Abdullah ?
2.      Bagaimana Pengertian Studi Islam Integrasi Interkonektif?
3.      Bagaimana Reintegrasi Epistemologi Keilmuan Teoantroposentrik-intergralitik?
4.      Bagaimana integrasi interkonektif menurut amin abdullah?

PEMBAHASAN
1.      Biografi Amin Abdullah
            PROF. DR. M. AMIN ABDULLAH, lahir di Margomulyo, Tayu, Pati, Jawa Tengah, 28 Juli 1953. Menamatkan Kulliyat Al-Mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI), Pesantren Gontor Ponorogo 1972 dan Program Sarjana Muda (Bakalaureat) pada Institut Pendidikan Darussalam (IPD) 1977 di Pesantren yang sama. Menyelesaikan Program Sarjana pada Fakultas Ushuluddin, Jurusan Perbandingan Agama, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 1982. Atas sponsor Departemen Agama dan Pemerintah Republik Turki, mulai tahun 1985 mengambil Program Ph.D. bidang Filsafat Islam, di Department of Philosophy, Faculty of Art and Sciences, Middle East Technical University (METU), Ankara, Turki (1990). Mengikuti Program Post-Doctoral di McGill University, Kanada (1997-1998).
Disertasinya, The Idea of University of Ethical Norms in Ghazali and Kant, diterbitkan di Turki (Ankara: Turkiye Diyanet Vakfi, 1992). Karya-karya ilmiah lainnya yang diterbitkan, antara lain: Falsafah Kalam di Era Postmodernisme(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995); Studi Agama: Normativitas atau Historisitas(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996). Dinamika Islam Kultural : Pemetaan atas Wacana Keislaman Kontemporer, (Bandung, Mizan, 2000); Antara al-Ghazali danKant : Filsafat Etika Islam, (Bandung: Mizan, 2002) serta Pendidikan Agama Era Multikultural Multireligius, (Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2005). Sedangkan karya terjemahan yang diterbitkan adalah Agama dan Akal Pikiran: Naluri Rasa Takut dan Keadaan Jiwa Manusiawi (Jakarta: Rajawali, 1985); Pengantar Filsafat Islam: Abad Pertengahan (Jakarta: Rajawali, 1989).
Dia menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI), Turki, 1986-1987. sambil memanfaatkan masa liburan musim panas, pernah bekerja part-time, pada Konsulat Jenderal Republik Indonesia, Sekretariat Badan Urusan Haji, di Jeddah (1985 dan 1990), Mekkah (1988), dan Madinah (1989), Arab Saudi. Kini, sebagai dosen tetap Fakultas Ushuluddin, staf pengajar pada Program Doktor Pascasarjana IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga, IAIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Islam Indonesia, Program Magister pada UIN Sunan Kalijaga, Ilmu Filsafat, Fakultas Filsafat dan Program Studi Sastra (Kajian Timur Tengah), Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada,  Yogyakarta. Tahun 1993-1996, menjabat Asisten Direktur Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga; 1992-1995 menjabat Wakil Kepala Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tahun 1998-2001 sebagai Pembantu Rektor I (Bidang Akademik) di almamaternya, IAIN Sunan Kalijaga. Pada Januari 1999 mendapat kehormatan menjadi Guru Besar dalam Ilmu Filsafat. Dari tahun 2002-2005 sebagai Rektor IAIN/UIN Sunan Kalijaga. Tahun 2005-2010 sebagai Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Periode kedua.
Dalam organisasi kemasyarakatan, dia menjadi Ketua Divisi Ummat, ICMI, Orwil Daerah Istimewa Yogyakarta, 1991-1995. Setelah Muktamar Muhammadiyah ke-83 di Banda Aceh 1995, diberi amanat sebagai Ketua Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, Pimpinan Pusat Muhammadiyah (1995-2000). Kemudian terpilih sebagai salah satu Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Wakil Ketua (2000-2005).
Tulisan-tulisannya dapat dijumpai di berbagai jurnal keilmuan, antara lain Ulumul Qur’an (Jakarta), Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies (Yogyakarta) dan beberapa jurnal keilmuan keislaman yang lain. Di samping itu, dia aktif mengikuti seminar di dalam dan luar negeri. Seminar internasional yang diikuti, antara lain: “Kependudukan dalam Dunia Islam”, Badan Kependudukan Universitas Al-Azhar, Kairo, Juli 1992; tentang “Dakwah Islamiyah”, Pemerintah Republik Turki, Oktober 1993; Lokakarya Program Majelis Agama ASEAN (MABIM), Pemerintah Malaysia, di Langkawi, Januari 1994; “Islam and 21st Century”, Universitas Leiden, Belanda, Juni 1996; “Qur’anic Exegesis in the Eve of 21st Century”, Universitas Leiden, Juni 1998, ”Islam and Civil Society : Messages from Southeast Asia“, Tokyo Jepang, 1999; “al-Ta’rikh al- Islamy wa azamah al-huwaiyah”, Tripoli, Libia, 2000; “International anti-corruption conference”, Seol, Korea Selatan, 2003; Persiapan Seminar “New Horizon in Islamic Thought”, London, Agustus, 2003; “Gender issues in Islam”, Kualalumpur, Malaysia, 2003; “Dakwah and Dissemination of Islamic Religious Authority in Contemporarry Indonesia, Leiden, Belanda, 2003.[1]

2.      Pengertian Studi Islam Integrasi Interkonektif
Study Islam Integrasi Interkonektif merupakan sebuah studi ilmu yang membahas bukan hanya kebahsaaan namun juga orientasi metodologiyang dimana mengkaji keilmuan dengan memanfaatkan bidang keilmuan dengan keterkaitan antar berbagai disiplin ilmu yang dibahas dalam kajian tersebut. Gagasan ilmu umum dengan ilmu agama itu merupakanhasil dari perpaduan yang sangat hebat dari umat islam yang menghadapi tantangan modernitas paling menonjol dalam agenda kemajuan dan pembaharuan islam.
Ilmu Agama dalam arti luas merupakan wahyu Tuhan,yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan, diri-sendiri, dan lingkungan hidup baik fisik,sosial maupun budaya secara global.[2]
Agama sendiri mengklaim sebagai sumber kebenaran, etika, hukum, kebijaksanaan, dan sedikit pengetahuan. Agama tidak pernah menjadikan wahyu Tuhan sebgai satu-satunya sumber pengetahuan, berarti dalam pandangan ini sumber pengetahuan sendiri berasal dari Tuhan dan manusia, perpaduan antara kedua hal tersebut disebut teoantroposentris.[3]
Agama menyediakan  tolok ukur kebenaran ilmu (dharuriyyah: benar,salah), bagaimana ilmu itu diproduksi (hajiyah: baik,buruk), tujuan-tujuan ilmu (tahsiniyah: manfaat, merugikan). Dimensi aksiologi  dalam teologi ilmu ini penting, karena sebelum manusia keluar mengembangkan ilmu. Selain ontologi keilmuan, epistimologi keilmuan, agama sangat menekankan dimensi aksiologi keilmuan.[4]
Ilmu yang berlatar belakang agama adalah ilmu yang objektif, bukan agama yang normatif. Maka objektifikasi ilmu adalah ilmu dari orang beriman untuk seluruh manusia, tidak hanya orang beriman saja. Seperti ilmu Optik dan Aljabar. Ilmu-ilmu sekuler mengklaim sebagai value free (bebas dari nilai kepentingan) ternyata penuh muatan penting. Kepentingan-kepentingan itu didominasi dengan kepentingan ekonomi dan militer.[5]

3.      Reintegrasi Epistemologi Keilmuan Teoantroposentrik-intergralitik
Dengan mempertimbangkan nilai penting dalam Al Quran yang sangat fundamental dalam islam, seni interprestasi teks pun mulai menjadi salah satu minat intektual dan ranah dan perdebatan yang paling sentral dalam tradisi islam.[6]
Agama memang megklaim sebagai sumber kebenaran, etika, hukum, kebijaksanaan, dan sedikit pengetahuan. Paradigma keilmuan baru yang menyatukan, bukan sekedar menggabungkan wahyu dan temuan pikiran manusia( ilmu-ilmu holistik-integralistik ), itu tidak akan berakibat mengecilkan peran Tuhan( sekuralisme ) atau mengucilkan manusia sehingga teraleniasi dari dirinyasendiri, dari masyarakat sekitar dan lingkungan hidup sekitarnya.diharapkan konsep integralisme dan reintregrasi epistimologi keilmuan sekaligus akan dapat menyelesaikan konflik antar sekularisme ekstrime dan fundamentalisme negatif agama-agama yang rigid dan radikal dalam banyak hal.
Gambar dibawah ini mengilustrasikan hubungan laba-laba yang bercorak Teoantroposentris-intergralistik. Tergambar disitu bahwa jarak pandang atau horizon keilmuan integralistik begitu luas (tidak myopic) sekaligus terampil dalam peri kehidupan sektor tradisional maupun modern karena dikuasainya salah satu ilmu dasar dan keterampilan yang dapat menompang kehidupan di era informasi-globalisasi. Disamping itu, tergambar sosok manusia beragama (islam) yang terampil dalam menangani dan menganalisis isu-isu yang menyentuh problem kemanusiaan dan keagamaan di era modern dan pasca modern dengan dikuasainya berbagai pendekatan baruyang diberikan oleh ilmu alam (natural science), ilmu-ilmu sosial (sosial science) dan humaniora(humanities) kontemporer. Diatas segalanya, dalam setiap langkah yang ditempuh,selalu dibarengi landasan etika-moral keagamaan objektif dan kokoh, karena keberadaan Al Quran dan As Sunah yang dimaknai secara baru (hermenuitis) selalu menjadi landasan pijak pandangan hidup (weltanschauung) keagamaan manusian yang menyatu dalam satu tarikan nafas keilmuan dan keagamaan. Semua itu diabdikan untuk kesejahteraan manusia secara bersama-sama tanpa pandang latar belakang etnisitas, agama ,ras, maupun golongan.
Horizon
Jaring laba-laba Keimuan
Teoantroposentrik-integralistik
Dalam Universitas Islam Negeri

                                               
Kondisi yang ada sekarang ini menunjukan bahwa radius daya jangkau aktivitas keilmuan dan lebih-lebih pendidikan agama di Perguruan Tinggi Agama , khususnya IAIN dan STAIN diseluruh tanah air , hanya terfokus pada lingkar 1 dan jalur lingkar lapis 2 ( kalam, falsafah, Tasawuf, Hadis, Fiqih, Tafsir, Lughah). Itupun boleh disebut hanya terbatas pada ruang gerak pendekatan keilmuan humaniora klasik. IAIN pada umumnya sekarang ini belum mampu memasuki diskusi ilmu-ilmu sosial dan humanities kontemporer seperti tergambar pada jalur lingkar 2 (  Antropologi, Sosiologi, Psikologi, Filsafat dan berbagai teori pendekatan yang ditawarkanya). Akhirnya, terjadi jurang wawasan keislaman yang tidak terjembatani antara ilmu-ilmu keislamanan klasik dan ilmu-ilmu keislaman yang baru yang telah memanfaatkan analisis ilmu-ilmu sosial dan humaniora kontemporer, bahkan juga ilmu-ilmu alam.
Isu-isu sosial, politik, ekonomi, keagamaan, militer, gender, lingkungan, ilmu-ilmu sosial dan humanities kontemporerpasca modern
, seperti tergambar pada jalur lingkar lapis 3hampir-hampir tidak tersentuh oleh ilmu-ilmu sosial dan kajian keislaman di tanah air khususnya di IAIN dan STAIN.[7]


4.      Integrasi interkoneksi menurut amin abdullah
Model-model integrasi-interkoneksi Amin Abdullah, yaitu:
1.      Informatif Suatu disiplin ilmu memberikan informasi kepada disiplin ilmu yang lain. Misalnya: Ilmu Islam (Al-qur’an) memberikan informasi kepada ilmu saintek bahwa matahari memancarkan cahaya sedangkan bulan memantulkan cahaya (Q.S. Yunus: 5)
2.      Konfirmatif (klarifikatif), Suatu disiplin ilmu memberikan penegasan kepada disiplin ilmu lain. Contoh: Informasi tentang tempat-tempat (manaazil) matahari dan bumi dalam Q.S. Yunus: 5, dipertegas oleh ilmu saintek (orbit bulan mengelilingi matahari berbentuk elips).
3.      Korektif , Suatu disiplin ilmu mengoreksi disiplin ilmu yang lain. Contoh: Teori Darwin yang mengatakan bahwa manusia-kera-tupai mempunyai satu induk, dikoreksi oleh Al-qur’an.[8]











Skema Interconnected Entities

Skema diatas adalah proyek keilmuan yang diemban oleh visi dan misi perubahan IAIN ke UIN. Tampak dalam skema diatas bahwa masing-masing rumpun ilmu sadar akan keterbatasan-keterbatasan yang melekat dalam diri sendiri dan oleh karenanya bersedia untuk berdialog, bekerja sama,, dan memanfaatkan metode dan pendekatan yang digunakan oleh rumpun ilmu lain untuk melengkapi kekurangan-kekurangan yang melekat jika masing-masing berdiri-sendiri, terpisah antara satu dan lainya. Diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dari berbagai pihak, dari waktu ke waktu dengan kesediaan mengorbankan kepentingan egoisme sektoral keilmuan, untuk menyongsong realisasi proyek keilmuan baru pada era UIN.[9]














                                            PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Paradigma baru yang dibangun oleh Amin Abdullah dengan integratif-interkonektif ini memang sangat relevan dengan kebutuhan zaman saat ini. Koneksitas ini diharapkan mampu menjawab kebuntuan dalam keilmuan islam dan lebih jauh lagi dapat menjawab kompleksitas problem kemanusiaan di era globalisasi. Namun paradigma ini tidak mudah untuk diaplikasikan, hal ini bisa dilihat ketika paradigma ini coba diterapkan dalam pengembangan perguruan tinggi agama yang mengejawantah dengan perubahanIAIN menjadi UIN ternyata banyak menimbulkan kerancuan terutama bagi program-program studi yang muncul kemudian, dan hal ini menurut harus segera dicarikan solusi, sehingga tujuan ideal dari integrasi dan interkoneksi ini dapat terwujud.

B.   SARAN
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, tentunya makalah ini jauh dari kata sempurna. Kami sadar ini adalah proses dalam menempuh dari pembelajaran. Untuk itu, kami berharap kritik dan saran yang bisa membangun demi kesempurnaan makalah kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.







Daftar Pustaka
Abdullah, Amin, Islamic Studies di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010
Abdullah, Amin ,Studi Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002
Bagir, Zinal Abidin dkk, Integrasi Ilmu dan Agama, Yogyakarta :PT Mizan Pustaka,2005
Guessoum, Nidhal, Islam dan Sains Modern :Bandung, 2011[1] http://islamandsains.wordpress.com pada tanggal 18 desember 2015






[1] M. Amin Abdullah , studi agama ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar ), 2002 hlm 346-347
[2] Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi hlm. 101-102
[3] ibid
[4] Op.cit hlm. 103
[5] Op.cit hlm 104
[6] Nidhal guessoum, islam dan sains modern, (bandung : 2011 ) PT Mizan Pustaka
[7] Ibid hal 101-109
[8] http://islamandsains.wordpress.com pada tanggal 18 desember 2015
[9] Zainal dkk, Integrasi Ilmu dan Agama, (yogyakarta : 2005 ) Pt Mizan Pustaka hal 265-266

makalah bahasa indonesia

RAGAM DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
MAKALAH
Disusun Guna MemenuhiTugas
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Nasiha Khumda,Mpd






Disusun Oleh :
1.     Elya Sukmawati                      (1501046032)
2

             FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
         UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015



                                  
                                     BAB I
                             PENDAHULUAN
   I. Latar Belakang
        Bahasa adalah salah satu alat komunikasi.Melalui bahasa masyarakat dapat saling berhubungan atau berkomunikasi,saling menyapa,bertukar atau berbagi pengalaman,bertukar pendapat dan belajar dari yang lain.dan meningkatkan kemampuan intelektual seseorang.Bahasa indonesia adalah bahasa yang mudah dimengerti karena sangat mudah untuk dipelajari.
 Bahasa Indonesia  digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam konteks resmi atau pun non resmi.
Bahasa indonesia memiliki banyak ragam,hal ini bahasa indonesia sangat luaspemakaianya.
Didalam bahasa indonesia terdapat kosakata yang beragam.
Dalam keseragaman tersebut terdapat jenis ragam bahasa bedasarkan tempat,penutur,sarana dan pengunaan.
Dengan adanya ragam bahasa, adapula fungsi bahasa yang menjelaskan apa saja fungsi bahasa itu.Pada dasarnya fungsi bahasa sebagai komunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya.
Tetapi ada pula fungsi yang lainya yaitu  bedasarkan kedudukan bahasa nasional dan bahasa negara.

          
            II. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian ragam bahasa?
2.      Apa saja jenis-jenis ragam bahasa ?
3.      Apa pengertian ragam baku dan tidak baku ?
4.      Apa pengertian ragam sosial dan ragam fungsional?
5.      Apa fungsi bahasa ?










BAB II
    PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ragam Bahasa
      Ragam Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan atau berkomunikasi,saling berbagi pengalaman,saling belajar dari yang lain,dan dapat meningkatkan intelektual.
Bahasa indonesia memiliki banyak ragam. Hal ini karena bahasa indonesia sangat luas pemakaianya dan bermacam-macam ragam penuturnya.Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan keperluanya, apapun latar belakangnya.
Ragam bahasa tertentu harus digunakan dalam konteks pemakaian yang tertentu sifatnya.
Bilamana setiap orang dapat menggunakan bentuk-bentuk kebahasan itu sesuai dengan jenis ragamnya,maka ragam bahasa lebih mudah untuk dipahami dan dicermati.Bahasa indonesia memiliki ragam bahasa yang tidak sedikit jumlahnya. Bahkan, saya boleh mengatakan ragam atau laras bahasa itu banyak sekali jumlahnya. Karena berbagai pertimbangan kepentingan dan perhitungan konteksnya, hadirlah ragam-ragam bahasa yang wujudnya dapat bermacam-macam itu.
        Perkembangan pemakaian bahasa Indonesia dalam pemakaian kontemporerseperti yang terjadi sekarang ini sepertinya justru semakin memperjelas bahwa bahsa Indonesia ternyata bermanifestasi pula dalamrupa-rupa bentuk kebahasan. Kita ambil saja dunia periklanan sebagai contoh, yang dengan inovasi dan kreativitasnya seakan-akan selalu berhasil melahirkan bentuk-bentuk kebahasan baru. Ragam bahasa tertentu harus digunakan dalam konteks pemakain tertentu sifatnya. Bilamana setiap orang dapat menggunakan bentuk-bentuk kebahasan itu sesuai dengan jenis ragamnya, niscaya penggunaan bahasa indonesia yang akhir-akhir ini banyak dikeluhkan tidak akan terjadi. Maka, sangatlah penting bagi kita untuk memahami dan mencermati ragam-ragam bahsa yang banyak jumlahnya itu.
Ragam bahasa Pengertian ragam bahasa menurut para ahli diantaranya :
1.      Menurut Bachman (1990)
“ Ragam bahasa diartikan sebagai variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.”
2.      Menurut Fishman ed (1968)
“ Mengatakan bahwa suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa indonesia.
3.      Menurut Ramlan (1990)
“ Mengatakan bahwa yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku yang berkaitan dengan latar belakang pembicara.
Yang termasuk dalam ragam lisan standart diantaranya pidato ,ceramah , sambutan, perkuliahan, dan lain-lain.
         Sementara itu ragam lisan non standart sering digunakan kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari ,terutama mengobrol dengan teman atau berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh aturan-aturan  atau cara penyampain seperti halnya  pidato ataupun ceramah.
         Jadi kesimpulanya ragam bahasa yaitu rangkaian bahasa yang bervariasi yang memiliki topik yang diperbincangkan    serta menurutmedium pembicara dalam konteks berbagai ragam bahasa.Seiring dengan perkembangan zaman yang sekarang ini banyak masyarakat yang mengalami perubahan. Bahasa pun juga mengalami perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar.
B.     Jenis-jenis Ragam Bahasa
1.      Ragam Bahasa Bedasarkan Tempat
Ragam bahasa bedasarkan daerah disebut ragan daerah (logat/dialek). Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan pebedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa indonesia yang digunakan di jawa tengah, bali, jayapura, dan tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa indonesia orang jawa tengah tampak pada pelafalan /b/ pada posisi awal saat melafalkan nama-nama kota seperti bogor( mbogor), bandung( mbandung), banyuwangi( mbayuwangi), demak( mdemak) dan lain-lain. Logat bahsa indonesia orang bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik dan lain-lain.
2.      Ragam bahasa bedasarkan penutur
Ragam bahasa bedasarkan penutur dapat dilihat dari sisi pendidikan. Bahasa indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan (cendekiawan) berbeda  dengan yang tidak berpendidikan (bukan cendikiawan), terutama dalam pemilihan kata (diksi) misalnya penggunaan kata ‘mampus’ digunakan oleh penutur yang bukan cendekiawan, sementara kata yang maknya sama misalnya kata ‘meninggal’ digunakan oleh penutur golongan cendekiawan. Disamping itu perbedaan tersebut dapat dilihat dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah ,kompleks, vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang bukan dari golongan cendekiawan mungkin akan mengucapkan pitnah, kompleks,pitamin,pideo,pilm,pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya ‘mbawa’ seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
Contoh :
1)      -Pak lurah baru saja mampus. (penutur bukan cendekiawan)
-Pak lurah baru saja meninggal. (penutur cendekiawan)
2). -pideo itu banyak menceritakan tentang pitnah (penutur bukan               cendekiawan
-video itu banyak menceritakan tentang fitnah dunia (penutur    cendekiawan.
c. Ragam bahasa bedasarkan sarana
        Ragam bahasa bedasarkan sarana atau media dapat dibedakan dalam ragam bahasa lisan dan tulis.
1.      Ragam bahasa lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar.
Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahsa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahas lisan ini, pembicara dapat dimanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkap ide.
Ciri-ciri ragam lisan :
a.       Memerlukan orang kedua atau teman bicara
b.      Tergantung situasi, kondisi,ruang dan waktu
c.       Hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh
d.      Berlansung cepat
e.       Sering dapat berlansung tanpa alat bantu
f.       Kesalahan dapat langsung dikoreksi
g.      Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi
      Yang termasuk dalam ragam lisan standart diantaranya pidato,ceramah,sambutan,perkuliahan,Dan masih banyak lagi.
Sementara itu ragam non lisan standart sering digunakan kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari. Terutama ngobrol dengan teman atau berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh aturan-aturan atau cara penyampaian seperti halnya pidato ataupun ceramah.

2.      Ragam bahasa tulis
      Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan menmanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, akan selalu berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasadan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kemudian dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata,kebenaran penggunaan ejaan dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
      Ragam tulis dapat berupa ragam tulis yang standart maupun non standart. Ragam tulis yang standart dapat ditemukan dalam buku-buku pelajaran,teks,majalah,surat kabar,karya ilmiah,surat dan sebagainya.
Sementara itu ragam tulis non standart terdapat dalam majalah remaja,iklan atau poster. Dalam ragam bahasa tulis perlu memprhatikan ejaan bahasa indonesia yang baik dan benar. Terutama dalam pembuatan karya-karya ilmiah.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
a.       Tidak memerlukan kehadiran orang lain
b.      Tidak terkait ruang dan waktu
c.       Kosakata yang digunakan dipilih secara cermat
d.      Pembentukan kata dilakukan secara sempurna
e.       Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu
f.       Berlansung cepat
g.      Memerlukan alat bantu
Contoh:
Ragam bahasa lisan                                          Ragam bahasa tulis
1.      Ayah lagi baca koran                  1. Ayah sedang membaca koran
2.      Saya gak tinggal di Bogor           2. Saya tidak bertempat tinggal
                                                                    Di Bogor.
D. Ragam bahasa bedasarkan penggunaan
       Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam memberikan pokok persoalan yang berbeda-beda digunakan dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran,hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan dalam lingkungan ekonomi atau perdagangan, olah raga, seni atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok ersoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
        Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah kata atau peristilahan atau ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang agama. Koroner, hipertensi,anemia,digunakan dalam bidang kedokteran,. Improvisasi, maestro, kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni. Pengacara, duplik, terdakwa, digunakan dalam lingkungan hukum. Pemanasan, peregangan, wasit digunakan dalam olah raga. Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan.
Kalimat dalam undang-undang berbeda dengan kalimat –kalimat satra, kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat- kalimat dalam koran atau majalah dan lain-lain.
Contoh kalimat yang digunakan dalam undang-undang
Sanksi pelangaran pasal 44:
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta
1.      Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk pidana, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7( tujuh) tahun dan atau denda paling banyak  Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
2.      Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,mengedarkan, atau menjual pada umum suatu ciptaan barang hasil pelanggaranhasil hak cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
e. Ragam bahasa bedasarkan suasana penggunaan
       Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab dan santai. Suasana pengunaan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasanya. Jika terhadap jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalanya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan (moeliono,2003:3-9).



3.      Pengertian Ragam Baku dan Tidak Baku

1.      Ragam  Baku
     Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagaian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaanya.
Ragam baku ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a.       Kemantapan Dinamis
       Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau kata rasa di bubuhi awalan pe-,akanterbentuk kata perasa. Kata raba di bubuhi pe- akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi perajin bukan pengrajin. Kalau kita berpegang mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima. Bentuk-bentuk lepas tangan, lepas pantai, dan lepas landas merupakan contoh kemantapan kaidah baku.
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Bahasa baku tidak menghendaki adanya bentuk mati. Kalau langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan. Dalam hal ini,tokohnya tersebut langganan dan orang yang berlangganan ini disebut pelanggan.
b.      Cendekia
     Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku di pakai di tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan formal.
      Disamping itu,ragam baku dapat dengan tepat membersihkan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca.
Contoh kalimat yang tidak cendekia:
    Rumah sang jutawan yang aneh akan dijual
Frasa rumah sang jutawan yang aneh mengandung konsep ganda, yaitu rumahnya aneh atau sang jutawaan yang aneh.
Dengan demikian, kalimat  itu tidak memberikan informasi yang jelas. Agar menjadi cendekia kalimat tersebut harus diperbaiki sebagai berikut.
 (1). Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual
 (2). Rumah milik sang jutawan aneh akan dijual
                                                       
c.       Seragam
     Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik keseragaman. Pelayanan kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramugara dan pramugari. Andaikan ada orang yang mengusulkan ada bahwa pelayal kapal terbang disebut stewaed atau stewardes dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku. Akan tetapi, kata steward dan stewardessampai dengan saat ini tidak disepakati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat ialah pramugara dan pramugari.

2.      Ragam Tidak Baku
Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.



4.      Pengertian Ragam Sosial dan Fungsional
a.       Ragam sosial
        Baik ragam lisan maupun ragam tulis bahasa indonesia ditandai pula oleh adanya ragam sosial, yaitu ragam bahasa yang sebagai norma dan kaidanya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.
Selain itu, ragam sosial tidak jarang dihubungkan denga tinggi atau rendahnya status kemasyarakatan lingkungan sosial yang bersangkutan.
Dalam hal ini , ragam baku nasional dapat pula berfungsi sebagai ragam sosial yang tinggi, sedangkan ragam baku daerah atau ragam bahasa sosial yang lain merupakan ragam sosial dengan nilai kemasyarakatan yang rendah.
b.      Ragam fungsional
        Yang kadang-kadang disebut ragam profesional adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja.
Dalam kenyaataan, ragam fungsional menjelma sebagi bahasa negara dan bahasa teknis atau teknologi, kedokteran dan keagamaan.
Contoh :
1.      Ragam keilmuan atau teknologi
Komputer adalah mesin pengolah informasi. Berjuta –juta fakta dan bagan yang berbeda dapat disimpan dalam komputer yang dapat dicari kembali apabila diperlukan. Komputer dapat juga mengerjakan perhitungan yang rumit dengan kecepatan yang luah biasa. Hanya dalam waktu beberapa detik komputer dapat melaksanakan pekerjaan kalau dikerjakan oleh tenaga manusia akan memakan waktu berminggu-minggu.
       Dijantung komputer terkecil( yang disebut mikrokomputer) terdapat sebuah komponen elektronik yang dinamakan mikroprosesor. Komponen ini terbuat dari keping silikon yang berukuran tidak lebih besar dari pada kuku jari kuku kelingking. Sebenarnya, mikroprosesor itu sendiri adalah komputer dan dapat dibangun menjadi berbagai jenis mesin.
2.      Ragam Kedokteran
       Kita mengenal dua macam diabetes, yaitu diabetes  inspidus dan diabetes militus. Diabetes inspidus disebabkan oleh kekurangan hormon antidiuretik (antidiuretic hormone= ADH) diproduksi oleh kelenjar pituitaria yang berada didasar otak sehingga kita mengeluarkan urine terus atau kecing saja. Pada diabetes militus yang kurang adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berada dibawah hati. Dengan kurangnya zat insulin ini, metabolisme gula terganggu sehingga sebagian tidak biasa diubah menjadi bahan yang tidak biasa dibakar untuk menghasilkan tenaga, atau perubahan tersebut tidak sempurna.
3.      Ragam keagamaan
       Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yang itu orang –orang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka meminta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari nanti yang besar, yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.

4.      Fungsi Bahasa
Bahasa indonesia telah ditetapkan sebagai bahasa negara dalam UUD 1945 bab XV pasal 36. Bahasa indonesia memiliki dua kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara (Herniti,Ening dkk,2005:47-49)
Fungsi bahasa bedasarkan kedudukan sebagai berikut:
1.      Bahasa nasional
Sebagai bahasa nasional, bahasa indonesia berfungsi sebagai:
1.      Lambang kebanggaan bangsa
2.      Identitas bangsa
3.      Alat persatuan bangsa
4.      Alat penghubung antar budaya dan antar daerah
2.      Bahasa negara
Sebagai bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi:
1.      Bahasa resmi negara
2.      Bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan
3.      Bahasa resmi perhubungan tingkat nasional
4.      Bahasa resmi pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan serta teknologi modern (halim, 1976:145)
  Menurut Halliday (1973) fungsi bahasa ada tujuh diantaranya :
1.      Fungsi Instrumental
Fungsi instrumental adalah bahwa bahasa itu dapat digunakan untuk melayani lingkunganya. Bahasa juga dapat digunakan untuk menyebabkan terjadinya peristiwa tertentu. Jadi, dengan bahasa dapat dihasilkan tindakan-tindakan komunikatif tertentu yang juga akan menghasilkan kondisi-kondisi komunikasi tertentu pula.
2.      Fungsi  Regulasi
Fungsi Regulasi adalah bahwa entitas bahasa itu dapat digunakan untuk mengawasi serta mengendalikan peristiwa-peristiwa tertentu dalam masyarakat.
Jadi, titik fokus fungsi regulasi adalah bahwa bahasa digunakan untuk mengatur serta mengendalikan orang-orang sebagai warga masyarakat. Bentuk seperti ‘ke kiri jalan terus’, yang dapat ditemukan di pembagian persimpangan jalan, adalah manifestasi fungsi regulasi bahasa yang disampaikan Halliday ini.
3.      Fungsi Representasional
Fungsi respresentasional adalah fungsi bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan peristiwa, melaporkan sesuatu, dan seterusnya.
Jadi, fungsi representasional bahasa ini bersifat menggambarkan atau mempresentasikan sesuatu.
4.      Fungsi interaksional
Fungsi interaksional adalah  bahwa bahasa itu dapat digunakan untuk menjamin terjadinya,interaksi memantapkan komunikasi, dan mengukuh komunikasi dan interaksi antar warga masyarakat itu sendiri.

5.      Fungsi  Personal
Fungsi personal adalah bahwa bahasa itu dapat digunakan untuk mengekspresikan maksud-maksud pribadi atau personal, menyatakan emosi, untuk mengungkapkan perasaan dan maksud-maksud personal lainya.
6.      Fungsi Heuristik
Fungsi heuristik bahasa berkaitan erat dengan kegunaan bahasa untuk mempelajari pengetahuan, mencari ilmu, mengembangkan teknologi, dan menyampaikan rumusan-rumusan yang bersifat pertanyaan.
Tulisan-tulisan di dalam karangan ilmiah lazimnya memanfaatkan fungsi heuristik bahasa ini. Lemahnya penelitian di indonesia, dalam hemat saaya, banyak terjadi karena fungsi heuristikini tidak benar-benar dinyatakan dengan baik sejak anak usia dini.
Maka sesungguhnya, sejak sangat awal seorang anak sudah terbiasa bertanya. Bertanya adalah dasar dari hadirnya penelitian di kemudian hari. Jadi, bertanya itu sesungguhnyya upaya untuk mewujudkan fungsi heuristik.
7.       Fungsi imajinatif
Fungsi imajinatif adalah fungsi bahasa yang berkenaan dengan penciptaan imajinasi. Fungsi bahasa ini dapat dilihat dari aering difungsikanya bahasa untuk mendongeng, membuat cerita, menciptakan khayalan, mimpi, dan seterusnya.
Seseorang akan dapat menggunakan bahasa untuk bertamasya ke alam awang-awang. Bersastra dengan segala keindahanya, dan pada akhirnya akan sampai pada keindahan entitas bahasa yang digunakan untuk terbang ke awang-awang itu sendiri.







                                                                BAB III
KESIMPULAN
Bahasa indonesia memiliki banyak ragam bahasa, dengan adanya ragam bahasa kita bisa
















                                                   DAFTAR PUSTAKA



Halim. Amran, Politik Bahasa Nasional, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1976.
Herniti, Enind dkk., Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005.
Moeliono, M. Anton dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Edisi ketiga), Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Ramlan, M, I Dewa putu Wijana dkk., Bahasa Indonesia yang Salah dan yang Benar, Yogyakarta: Andi Ofset,1990.
Arifin. Zaenal, Cermat Berbahasa Indonesia, Jakarta : Akademika Pressindo, 2003.
Tasai. S, Amran, Cermat Berbahasa Indonesia, Jakarta : Akademika Pressindo, 2003.
Rahardi. R, kunjana, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi,  Jakarta : Erlangga, 2009.