INTEGRASI SAINS AMIN ABDULLAH
Makalah
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah :falsafah kesatuan ilmu
Dosen
Pengampu : Dr. Ilyas Supena
Disusun
Oleh :
Elya
Sukmawati 1501046032
Ainurrika Nadhifa 150046033
PENGEMBANGAN
MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2015
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Integrasi ilmu dan agama telah muncul cukup
lama. Meski tak selalu menggunakan kata “integrasi” secara eksplisit,
dikalangan muslim modern gagasan perlunya pemaduan ilmu dan agama, atau akal
dan wahyu,telah cukup beredar. Integrasi ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan
umum bukan merupakan fenomena baru dalam khazanah epistemologi keilmuan islam .Pada
asalnya, islam memang tidak mendikhotomi antara ilmu agama dan ilmu umum.upaya mengintegrasikan ilmu dan agama selama ini tampaknya dirasakan
sebagai suatu hal yang sulit dilakukan. Masanya sekarang disiplin ilmu–ilmu
agama (Islam) menyendiri dan steril dari kontak dan intervensi ilmu-ilmu sosial
dan ilmu-ilmu kealaman dan begitu pula sebaliknya. Perlu ada
integrasi–interkoneksi antara elemen-elemen pengetahuan tersebut. M. Amin
Abdullah seorang cendekia muslim menjadi tokoh yang berjasa dalam pengembangan gagasan
integrasi–interkoneksi ini, sehingga berimplikasi dalam banyak hal,perubahan
konsep IAIN menjadi UIN .
II. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
profil biografi Amin Abdullah ?
2. Bagaimana Pengertian Studi Islam Integrasi Interkonektif?
3.
Bagaimana Reintegrasi Epistemologi Keilmuan
Teoantroposentrik-intergralitik?
4.
Bagaimana integrasi interkonektif menurut amin abdullah?
PEMBAHASAN
1.
Biografi
Amin Abdullah
PROF.
DR. M. AMIN ABDULLAH,
lahir di Margomulyo, Tayu, Pati, Jawa Tengah, 28 Juli 1953. Menamatkan Kulliyat
Al-Mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI), Pesantren Gontor Ponorogo 1972 dan Program
Sarjana Muda (Bakalaureat) pada Institut Pendidikan Darussalam (IPD) 1977 di
Pesantren yang sama. Menyelesaikan Program Sarjana pada Fakultas Ushuluddin,
Jurusan Perbandingan Agama, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 1982. Atas sponsor Departemen Agama dan
Pemerintah Republik Turki, mulai tahun 1985 mengambil Program Ph.D. bidang
Filsafat Islam, di Department of Philosophy, Faculty of Art and Sciences,
Middle East Technical University (METU), Ankara, Turki (1990). Mengikuti
Program Post-Doctoral di McGill University, Kanada
(1997-1998).
Disertasinya, The Idea of University of Ethical
Norms in Ghazali and Kant, diterbitkan di Turki (Ankara: Turkiye Diyanet
Vakfi, 1992). Karya-karya ilmiah lainnya yang diterbitkan, antara lain: Falsafah Kalam di Era
Postmodernisme(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995); Studi Agama: Normativitas atau
Historisitas(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996). Dinamika Islam Kultural : Pemetaan atas Wacana
Keislaman Kontemporer, (Bandung,
Mizan, 2000); Antara
al-Ghazali danKant : Filsafat
Etika Islam,
(Bandung: Mizan, 2002) serta Pendidikan
Agama Era Multikultural Multireligius, (Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2005).
Sedangkan karya terjemahan yang diterbitkan adalah Agama dan Akal Pikiran: Naluri
Rasa Takut dan Keadaan Jiwa Manusiawi (Jakarta:
Rajawali, 1985); Pengantar
Filsafat Islam: Abad Pertengahan (Jakarta:
Rajawali, 1989).
Dia menjadi Ketua Perhimpunan
Pelajar Indonesia (PPI), Turki, 1986-1987. sambil memanfaatkan masa liburan
musim panas, pernah bekerja part-time,
pada Konsulat Jenderal Republik Indonesia, Sekretariat Badan Urusan Haji, di
Jeddah (1985 dan 1990), Mekkah (1988), dan Madinah (1989), Arab Saudi. Kini,
sebagai dosen tetap Fakultas Ushuluddin, staf pengajar pada Program Doktor
Pascasarjana IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga, IAIN Sunan Ampel Surabaya,
Universitas Islam Indonesia, Program Magister pada UIN Sunan Kalijaga, Ilmu
Filsafat, Fakultas Filsafat dan Program Studi Sastra (Kajian Timur Tengah),
Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tahun 1993-1996,
menjabat Asisten Direktur Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga; 1992-1995
menjabat Wakil Kepala Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI)
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tahun 1998-2001 sebagai Pembantu Rektor I
(Bidang Akademik) di almamaternya, IAIN Sunan Kalijaga. Pada Januari 1999
mendapat kehormatan menjadi Guru Besar dalam Ilmu Filsafat. Dari tahun
2002-2005 sebagai Rektor IAIN/UIN Sunan Kalijaga. Tahun 2005-2010 sebagai
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Periode kedua.
Dalam organisasi kemasyarakatan, dia menjadi Ketua Divisi
Ummat, ICMI, Orwil Daerah Istimewa Yogyakarta, 1991-1995. Setelah Muktamar
Muhammadiyah ke-83 di Banda Aceh 1995, diberi amanat sebagai Ketua Majelis
Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, Pimpinan Pusat Muhammadiyah
(1995-2000). Kemudian terpilih sebagai salah satu Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
Wakil Ketua (2000-2005).
Tulisan-tulisannya dapat dijumpai
di berbagai jurnal keilmuan, antara lain Ulumul
Qur’an (Jakarta), Al-Jami’ah: Journal of Islamic
Studies (Yogyakarta)
dan beberapa jurnal keilmuan keislaman yang lain. Di samping itu, dia aktif
mengikuti seminar di dalam dan luar negeri. Seminar internasional yang diikuti,
antara lain: “Kependudukan dalam Dunia Islam”, Badan Kependudukan Universitas
Al-Azhar, Kairo, Juli 1992; tentang “Dakwah Islamiyah”, Pemerintah Republik
Turki, Oktober 1993; Lokakarya Program Majelis Agama ASEAN (MABIM), Pemerintah
Malaysia, di Langkawi, Januari 1994; “Islam and 21st Century”, Universitas Leiden, Belanda,
Juni 1996; “Qur’anic Exegesis in the Eve of 21st Century”, Universitas Leiden, Juni
1998, ”Islam and Civil Society : Messages from Southeast Asia“, Tokyo Jepang,
1999; “al-Ta’rikh al- Islamy wa azamah al-huwaiyah”, Tripoli, Libia, 2000;
“International anti-corruption conference”, Seol, Korea Selatan, 2003;
Persiapan Seminar “New Horizon in Islamic Thought”, London, Agustus, 2003;
“Gender issues in Islam”, Kualalumpur, Malaysia, 2003; “Dakwah and
Dissemination of Islamic Religious Authority in Contemporarry Indonesia,
Leiden, Belanda, 2003.[1]
2.
Pengertian Studi Islam Integrasi
Interkonektif
Study Islam
Integrasi Interkonektif merupakan sebuah studi ilmu yang membahas bukan hanya
kebahsaaan namun juga orientasi metodologiyang dimana mengkaji keilmuan dengan
memanfaatkan bidang keilmuan dengan keterkaitan antar berbagai disiplin ilmu
yang dibahas dalam kajian tersebut. Gagasan ilmu umum dengan ilmu agama itu
merupakanhasil dari perpaduan yang sangat hebat dari umat islam yang menghadapi
tantangan modernitas paling menonjol dalam agenda kemajuan dan pembaharuan
islam.
Ilmu Agama dalam arti luas
merupakan wahyu Tuhan,yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan,
diri-sendiri, dan lingkungan hidup baik fisik,sosial maupun budaya secara
global.[2]
Agama sendiri
mengklaim sebagai sumber kebenaran, etika, hukum, kebijaksanaan, dan sedikit
pengetahuan. Agama tidak pernah menjadikan wahyu Tuhan sebgai satu-satunya
sumber pengetahuan, berarti dalam pandangan ini sumber pengetahuan sendiri
berasal dari Tuhan dan manusia, perpaduan antara kedua hal tersebut disebut
teoantroposentris.[3]
Agama menyediakan tolok ukur kebenaran ilmu (dharuriyyah:
benar,salah), bagaimana ilmu itu diproduksi (hajiyah: baik,buruk),
tujuan-tujuan ilmu (tahsiniyah: manfaat, merugikan). Dimensi aksiologi dalam teologi ilmu ini penting, karena
sebelum manusia keluar mengembangkan ilmu. Selain ontologi keilmuan,
epistimologi keilmuan, agama sangat menekankan dimensi aksiologi keilmuan.[4]
Ilmu yang
berlatar belakang agama adalah ilmu yang objektif, bukan agama yang normatif.
Maka objektifikasi ilmu adalah ilmu dari orang beriman untuk seluruh manusia,
tidak hanya orang beriman saja. Seperti ilmu Optik dan Aljabar. Ilmu-ilmu
sekuler mengklaim sebagai value free (bebas dari nilai kepentingan) ternyata penuh
muatan penting. Kepentingan-kepentingan itu didominasi dengan kepentingan
ekonomi dan militer.[5]
3.
Reintegrasi Epistemologi Keilmuan
Teoantroposentrik-intergralitik
Dengan
mempertimbangkan nilai penting dalam Al Quran yang sangat fundamental dalam
islam, seni interprestasi teks pun mulai menjadi salah satu minat intektual dan
ranah dan perdebatan yang paling sentral dalam tradisi islam.[6]
Agama memang megklaim sebagai
sumber kebenaran, etika, hukum, kebijaksanaan, dan sedikit pengetahuan.
Paradigma keilmuan baru yang menyatukan, bukan sekedar menggabungkan wahyu dan
temuan pikiran manusia( ilmu-ilmu holistik-integralistik ), itu tidak akan
berakibat mengecilkan peran Tuhan( sekuralisme ) atau mengucilkan manusia
sehingga teraleniasi dari dirinyasendiri, dari masyarakat sekitar dan
lingkungan hidup sekitarnya.diharapkan konsep integralisme dan reintregrasi
epistimologi keilmuan sekaligus akan dapat menyelesaikan konflik antar
sekularisme ekstrime dan fundamentalisme negatif agama-agama yang rigid dan
radikal dalam banyak hal.
Gambar dibawah
ini mengilustrasikan hubungan laba-laba yang bercorak Teoantroposentris-intergralistik.
Tergambar disitu bahwa jarak pandang atau horizon keilmuan integralistik begitu
luas (tidak myopic) sekaligus terampil dalam peri kehidupan sektor tradisional
maupun modern karena dikuasainya salah satu ilmu dasar dan keterampilan yang
dapat menompang kehidupan di era informasi-globalisasi. Disamping itu,
tergambar sosok manusia beragama (islam) yang terampil dalam menangani dan
menganalisis isu-isu yang menyentuh problem kemanusiaan dan keagamaan di era
modern dan pasca modern dengan dikuasainya berbagai pendekatan baruyang
diberikan oleh ilmu alam (natural science), ilmu-ilmu sosial (sosial science)
dan humaniora(humanities) kontemporer. Diatas segalanya, dalam setiap langkah
yang ditempuh,selalu dibarengi landasan etika-moral keagamaan objektif dan
kokoh, karena keberadaan Al Quran dan As Sunah yang dimaknai secara baru
(hermenuitis) selalu menjadi landasan pijak pandangan hidup (weltanschauung)
keagamaan manusian yang menyatu dalam satu tarikan nafas keilmuan dan
keagamaan. Semua itu diabdikan untuk kesejahteraan manusia secara bersama-sama
tanpa pandang latar belakang etnisitas, agama ,ras, maupun golongan.
Horizon
Jaring laba-laba Keimuan
Teoantroposentrik-integralistik
Dalam Universitas Islam Negeri
Kondisi yang ada sekarang ini
menunjukan bahwa radius daya jangkau aktivitas keilmuan dan lebih-lebih
pendidikan agama di Perguruan Tinggi Agama , khususnya IAIN dan STAIN diseluruh
tanah air , hanya terfokus pada lingkar 1 dan jalur lingkar lapis 2 ( kalam,
falsafah, Tasawuf, Hadis, Fiqih, Tafsir, Lughah). Itupun boleh disebut hanya
terbatas pada ruang gerak pendekatan keilmuan humaniora klasik. IAIN pada
umumnya sekarang ini belum mampu memasuki diskusi ilmu-ilmu sosial dan
humanities kontemporer seperti tergambar pada jalur lingkar 2 ( Antropologi, Sosiologi, Psikologi, Filsafat
dan berbagai teori pendekatan yang ditawarkanya). Akhirnya, terjadi jurang
wawasan keislaman yang tidak terjembatani antara ilmu-ilmu keislamanan klasik
dan ilmu-ilmu keislaman yang baru yang telah memanfaatkan analisis ilmu-ilmu
sosial dan humaniora kontemporer, bahkan juga ilmu-ilmu alam.
Isu-isu sosial, politik, ekonomi,
keagamaan, militer, gender, lingkungan, ilmu-ilmu sosial dan humanities
kontemporerpasca modern
, seperti tergambar pada jalur lingkar
lapis 3hampir-hampir tidak tersentuh oleh ilmu-ilmu sosial dan kajian keislaman
di tanah air khususnya di IAIN dan STAIN.[7]
4.
Integrasi interkoneksi menurut amin
abdullah
Model-model integrasi-interkoneksi Amin
Abdullah, yaitu:
1. Informatif , Suatu disiplin
ilmu memberikan informasi kepada disiplin ilmu yang lain. Misalnya: Ilmu Islam (Al-qur’an) memberikan informasi kepada ilmu saintek
bahwa matahari memancarkan cahaya sedangkan bulan memantulkan cahaya (Q.S.
Yunus: 5)
2. Konfirmatif (klarifikatif), Suatu disiplin ilmu
memberikan penegasan kepada disiplin ilmu lain. Contoh: Informasi tentang
tempat-tempat (manaazil) matahari dan bumi dalam Q.S. Yunus: 5,
dipertegas oleh ilmu saintek (orbit bulan mengelilingi matahari berbentuk
elips).
3. Korektif , Suatu
disiplin ilmu mengoreksi disiplin ilmu yang lain. Contoh: Teori Darwin yang mengatakan bahwa manusia-kera-tupai mempunyai satu
induk, dikoreksi oleh Al-qur’an.[8]
Skema Interconnected Entities
Skema diatas adalah proyek keilmuan yang diemban oleh
visi dan misi perubahan IAIN ke UIN. Tampak dalam skema diatas bahwa
masing-masing rumpun ilmu sadar akan keterbatasan-keterbatasan yang melekat
dalam diri sendiri dan oleh karenanya bersedia untuk berdialog, bekerja sama,,
dan memanfaatkan metode dan pendekatan yang digunakan oleh rumpun ilmu lain
untuk melengkapi kekurangan-kekurangan yang melekat jika masing-masing
berdiri-sendiri, terpisah antara satu dan lainya. Diperlukan upaya yang
sungguh-sungguh dari berbagai pihak, dari waktu ke waktu dengan kesediaan
mengorbankan kepentingan egoisme sektoral keilmuan, untuk menyongsong realisasi
proyek keilmuan baru pada era UIN.[9]
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Paradigma baru yang dibangun oleh Amin Abdullah dengan
integratif-interkonektif ini memang sangat relevan dengan kebutuhan zaman saat
ini. Koneksitas ini diharapkan mampu menjawab kebuntuan dalam keilmuan islam
dan lebih jauh lagi dapat menjawab kompleksitas problem kemanusiaan di era
globalisasi. Namun paradigma ini tidak mudah untuk diaplikasikan, hal ini bisa
dilihat ketika paradigma ini coba diterapkan dalam pengembangan perguruan
tinggi agama yang mengejawantah dengan perubahanIAIN menjadi UIN ternyata banyak menimbulkan kerancuan terutama bagi
program-program studi yang muncul kemudian, dan hal ini menurut harus segera
dicarikan solusi, sehingga tujuan ideal dari integrasi dan interkoneksi ini
dapat terwujud.
B. SARAN
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, tentunya makalah ini jauh dari
kata sempurna. Kami sadar ini adalah proses dalam menempuh dari pembelajaran.
Untuk itu, kami berharap kritik dan saran yang bisa membangun demi kesempurnaan
makalah kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Daftar Pustaka
Abdullah, Amin, Islamic
Studies di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010
Abdullah, Amin ,Studi
Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002
Bagir, Zinal Abidin dkk, Integrasi Ilmu dan Agama, Yogyakarta :PT Mizan Pustaka,2005
Guessoum, Nidhal, Islam
dan Sains Modern :Bandung, 2011[1]
http://islamandsains.wordpress.com pada tanggal 18 desember 2015
[1] M. Amin
Abdullah , studi agama ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar ), 2002 hlm 346-347
[2] Amin
Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi hlm. 101-102
[3] ibid
[4] Op.cit
hlm. 103
[5] Op.cit
hlm 104
[6] Nidhal
guessoum, islam dan sains modern, (bandung : 2011 ) PT Mizan Pustaka
[7] Ibid hal 101-109
[9] Zainal
dkk, Integrasi Ilmu dan Agama, (yogyakarta : 2005 ) Pt Mizan Pustaka hal
265-266